Puisi Untuk Ayah Karya Penyair Terkenal Pramoedya Ananta Toer, Spesial Untuk Ayah di Hari Ayah Nasional 2021

11 November 2021, 05:36 WIB
Puisi Untuk Ayah Karya Penyair Terkenal Pramoedya Ananta Toer, Spesial Untuk Ayah di Hari Ayah Nasional 2021 /Pixabay.com/4144132

Portalbangkabelitung.com- Puisi untuk Ayah karya penyair terkenal Pramoedya Ananta Toer, spesial untuk Ayah di Hari Ayah Nasional 2021.

Tanggal 12 November 2021 diperingati sebagai Hari Ayah Nasional. Kirimkan puisi tentang Ayah ini kepada Ayah tersayang.

Puisi tentang Ayah karya Pramoedya Ananta Toer ini menceritakan seorang anak yang ingin pulang dan kembali kepada sang Ayah.

Baca Juga: 7 Lirik Lagu-lagu Tentang Ayah Untuk Hari Ayah Nasional 12 November, Menyentuh Hati Bikin Tersedu-sedu

Ia terjebak di situasi yang membuat ia tak bisa pulang, namun ingin mengadukannya kepada sang Ayah.

Ayah adalah tempat terbaik untuk bercerita setelah Ibu. Ayah memegang peran yang penting dalam sebuah keluarga.

Tak hanya mencari nafkah, Ayah adalah cinta pertama anak perempuannya, dan sahabat pertama anak laki-lakinya.

Dilansir Portalbangkabelitung.com dari berbgai sumber, berikut Puisi Untuk Ayah Karya Pramoedya Ananta Toer, spesial untuk Ayah di Hari Ayah Nasional 2021.

Baca Juga: 15 QUOTES dan Kata Mutiara Hari Ayah 12 November 2021, Ucapan Penuh Makna Cocok Untuk Caption Foto Medsos

Puisi Untuk Ayah

Karya Pramoedya Ananta Toer

Sebenarnya, aku ingin kembali, Ayah
Pulang ke teduh matamu
Berenang di kolam yang kau beri nama rindu

Aku, ingin kembali
Pulang menghitung buah mangga yang ranum di halaman
Memetik tomat di belakang rumah nenek.
Tapi jalanan yang jauh, cita-cita yang panjang tak mengizinkanku,
Mereka selalu mengetuk daun pintu saat aku tertidur
Menggaruk-garuk bantal saat aku bermimpi

Aku ingin kembali ke rumah, Ayah
Tapi nasib memanggilku
Seekor kuda sembrani datang, menculikku dari alam mimpi
Membawaku terbang melintasi waktu dan dimensi kata-kata

Baca Juga: Ide Menu Olahan Sapi: Resep Dendeng Balado Khas Padang, Lezat dan Mantap, Makan Jadi Nambah

Aku menyebut pulang, tapi ia selalu menolaknya
Aku menyebut rumah, tapi ia bilang tak pernah ada rumah
Aku sebut kampung halaman, ia bilang kampung halaman tak pernah ada

Maka aku menungganginya
Maka aku menungganginya

Menyusuri hutan-hutan jati
Melihat rumput-rumput yang terbakar di bawahnya
Menyaksikan sepur-sepur yang batuk membelah tanah Jawa
Arwah-arwah pekerja bergentayangan menuju ibu kota,
Mencipta banjir dari genangan air mata

Arwah-arwah buruh menggiring hujan air mata, mata mereka menyeret banjir
Kota yang tua telah lelah menggigil, sudah lupa bagaimana bermimpi dan bangun pagi
Hujan ingin bercerai dengan banjir
Tapi kota yang pikun membuatnya bagai cinta sejati dua anak manusia

Baca Juga: 50 LINK Twibbon Hari Ayah Nasional 12 November 2021, Download dan Bagikan Segera ke Media Sosial Anda

Aku tak bisa pulang lagi, Ayah, kuda ini telah menambatkan hatiku di pelananya

Orang-orang datang ke pasar malam, satu persatu, seperti katamu
Berjudi dengan nasib, menunggu peruntungan menjadi kaya raya
Tapi seperti rambu lalu lintas yang setia, sedih dan derita selalu berpelukan dengan setia

Aku tak bisa pulang lagi, Ayah, kuda ini telah menambatkan hatiku di pelananya

Orang bilang, apa yang ada di depan manusia hanya jarak.
Dan batasnya adalah ufuk.
Begitu jarak ditempuh sang ufuk menjauh.
Yang tertinggal jarak itu juga-abadi.
Di depan sana ufuk yang itu juga-abadi.
Tak ada romantika cukup kuat untuk dapat menaklukan dan menggenggamnya dengan tangan-jarak dan ufuk abadi itu

Pramoedya Ananta Toer, "Gadis Pantai", (Jakarta: Lentera Dipantara, 2003), hlm. 269.

 

Editor: Suhargo

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler