Gas Metana dari Kentut Sapi Sebabkan Perubahan Iklim atau Climate Change di Bumi

- 23 April 2022, 09:15 WIB
Gas Metana dari Kentut Sapi Sebabkan Perubahan Iklim atau Climate Change di Bumi
Gas Metana dari Kentut Sapi Sebabkan Perubahan Iklim atau Climate Change di Bumi /Pixabay.com/Pixel-Sepp

Portalbangkabelitung.com-Gas metana yang dihasilkan dari kentut sapi ternyata bisa menyebabkan perubahan iklim atau climate change di bumi.

Banyak yanng menduga bahwa perubahan iklim disebabkan oleh gas karbon dioksida yang menumpuk di bumi.

Namun ternyata perubahan iklim atau climate change juga dapat dipengaruhi oleh gas metana yang terdapat di kentut sapi.

Baca Juga: Hyeri Pamer Pesona Warna Warni di Foto Terbaru Majalah Pria GQ Korea

Bayangkan gas metana yang terdapat di kentut sapi tersebut dapat menyokong 10 persen dari keseluruhan emisi gasi di bumi.

Bedasarkan penelitian, jika dibandingkan antara gas karbon dioksida dan gas metana mana yang lebih berbahaya pada bumi, maka jawabannya adalah gas metana.

Bebab gas metana memilki kemampuan 85 kali lebih baik untuk menahan panas.

Baca Juga: Jimin BTS Disebut Miliki Pengaruh Besar Pada Budaya dan Makanan Korea Selatan

Dalam artian gas metana dapat menjadikan bumi memanas 85 kali lebih aktif dari pada gas karbon dioksida yang umumnya sering dikecam sebagai alasan dasar perubahan iklim.

Penelitian yang dilakukan pada 2022 juga mengonfirmasi bahwa gas metana  memiliki potensi pemanasan global yang lebih tinggi dalam jumlah yang sama dibandingkan gas karbon dioksida.

Sedangkan taksiran gas metana yang dihasilkan dari peternakan atau budi daya sapi menunjukan bahwa peneliti selama ini luput dalam memonitoring peran kentut sapi dalam perubahan iklim di bumi.

Baca Juga: Naver Putuskan Mundur Tak Kejar Akuisi Saham SM Entertainment

Bersumber dari informasi pada 2017, penelitian gabungan Departemen Pertanian Amerika Serikat, Joint Global Change Institute, dan Departemen Energi Amerika Serikat.

Mereka membuktikan bahwa angka-angka sebelumnya, yang menjadi dasar untuk Panel Global tentang Perubahan Iklim 2006, turun sebesar 11 persen.

Kondisi ini pula juga diketahui dari Studi yang didanai NASA di jurnal Carbon Balance and Management.

Baca Juga: Jimin BTS Disebut Miliki Pengaruh Besar Pada Budaya dan Makanan Korea Selatan

Studi tersebut dipimpin oleh ahli fisiologi tanaman USDA Julie Wolf yang melihat data-data sebelumnya.

Mereka memahami bahwa beberapa data berasal dari beberapa dekade lalu, yang berarti tidak memperhitungkan perubahan pembudidayaan lahan dan hewan.

Dikutip dari Forbes, Wolf menyatakan bahwa semakin banyak tingkat konsumsi daging oleh manusia, semakin banyak pula jumlah hewan ternak yang dihasilkan.

Baca Juga: V BTS Rajai iTunes Chart di 119 Negara untuk Lagu Sweet Night OST Itaewon Class

Oleh sebab itu jumlah hewan di pertenakan juga akan meningkatakn emisi gas metana jadi lebih tinggi.

"Di banyak wilayah di dunia, jumlah ternak berubah, dan pembudidayaan telah menghasilkan jumlah hewan yang lebih besar dengan asupan makanan yang lebih tinggi. Ini, bersama dengan perubahan dalam manajemen peternakan, dapat menyebabkan emisi metana yang lebih tinggi," kata Wolf seperti dikutip dari Forbes.

Gas metana adalah produk sampingan dari proses pencernaan yang diproduksi oleh mikroba yang ada dalam perut hewan memamah biak seperti sapi.

Baca Juga: Kang Daniel Resmi Comeback Awal Mei 2022 dengan Album Bertajuk Ready to Ride

Kira-kira 50 persen metana dihasilkani dari keatifan manusia di sektor pertanian.

Dari total tersebut, 60 persen berpangkal berasal dari ternak ruminansia (hewan pemamah biak), yang dihasilkan melalui proses metanogenesis dalam sistem pencernaan ternak.***

 

 

 

Editor: Dea Megaputri

Sumber: Pikiran Rakyat Forbes


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah