“Sementara pada tanggal yang sama, posisi hilal di Arab Saudi lebih tinggi dengan posisi yang ada di Indonesia. Jadi kemungkinan hilal terlihat di Aranb Saudi sangat besar,” ungkap Adib.
“Jadi kurang tepat jika memahami karena Indonesia lebih cepat empat jam dari Arab Saudi, maka Indonesia mestinya melaksanakan Hari Raya Idul Adha 1443 H juga lebih awal. Jadi ini adalah pemahaman yang kurang tepat,” lanjutnya.
Pemerintah Indonesia menetapkan awal bulan pada kalender hijriah berdasarkan kriteria baru yang disepakati oleh Menteri Agama Brunei Darussalam, Indnesia, Malaysia. Dan Singapura (MABIMS), bahwa dalam menentukan awal bulan parameter elingasi harus minimal 6,4 derajat dan fisis gangguan cahaya syafak (cahaya senja) yang dinyatakan dengan parameter ketinggian minimum 3 derajat.
Berbeda dengan pemerintah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan awal bulan Dzulhijjah mengacu pada kriteria wujudul hilal yaitu pada tanggal 9 Juli 2022, sama dengan Arab Saudi.
Lalu, bagaimana dengan masyarakat Indonesia, mana yang harus diikuti pemerintah Arab Saudi atau Indonesia?
Dikutip Portalbangkabelitung.com dari PortalJember.com 25 Juli 2022 dari Youtube Taman Surga dalam video yang diunggah 29 Juli 2020, Ustadz Firanda Andirjani menjelaskan tentang sikap menyikapi perbedaan ini.
Menurutnya, muslim di Indonesia tak perlu menunggu informasi di Arab Saudi atau Mekkah untuk merayakan Idul Adha, begitu juga puasa arafah.
“Masalah Khilafiyah, kita kembalikan kepada pemerintah. Ada nilai persatuan yang harus kita perhatikan,” tuturnya.