Network
Portalbangkabelitung.com- Kisah asal usul Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur ternyata menyimpan sejarah yang wajib diketahui masyarakat.
Kabupaten Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur menyimpan cerita asal usul dan sejarah yang menarik.
Sebagai edukasi bagi warganet, berikut ini kisah sejarah dan asal usul nama Kota Samarinda.
Setiap wilayah di Indonesia memiliki kisah sejarah dalam pemberian namanya, tak terkecuali Samarinda.
Menyimpan cerita sejarah, beginilah sejarah asal usul nama Ibu Kota Kalimantan Timur, Kota Samarinda.
Penetapan nama Kota Samarinda ternyata berkaitan dari kisah sejarah pada masa Kerajaan Gowa.
Baca Juga: Kisah Asal Usul Cilegon Yang Memiliki Sejarah Unik, Wajib Diketahui Masyarakat
Pasa masa itu Kerajaan Gowa harus menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667 karena dikalahkan dan Sultan Hasanuddin.
Menurut kisah sejarah, pembentukan nama Kota Samarinda berkaitan dengan Perjanjian Bongaya oleh Kerajaan Gowa.
Perjanjian tersebut mengharuskan orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama dalam menghadapi musuh.
Baca Juga: Sejarah Asal Usul Nama Pontianak, Ternyata Ada Kaitan Dengan Hantu Kuntilanak!
Dulunya mereka menganggap bahwa tidak ada perbedaan derajat apakah Bangsawan atau tidak, semua sama derajatnya.
Maka dari itu dibagungkah rumah rakit di atas air dengan ketinggian antar setiap rumah yang sama melambangkan tidak ada perbedaan derajat di antara mereka.
Dengan muara sungai yang berulak dan dikiri kanan sungai daratan rendah atau 'renda' diperkirakan dari istilah inilah lokasi permukaan baru tersebut dinamakan 'Samarenda'.
Baca Juga: Kisah Asal Usul Kota Bojonegara, Sejarah Singkat dan Jelas Wajib Anda Ketahui
Kemudian kata yang semula Samarenda lama kelamaan pun ejaannya diubah menjadi 'Samarinda'.
Melansir dari laman Kemendikbud, nama Samarinda memiliki 4 asal usul dari bahasa daerah yang berbeda.
Menurut Bahasa Melayu, kata 'sama' dan 'rendah' berdasarkan persamaan ukuran tinggi rumah-rumah rakit-terapung penduduk di Samarinda Seberang yang tidak ada lebih tinggi antara satu dengan yang lain, yang juga bermakna tatanan kemasyarakatan yang egaliter.
Berdasarkan Bahasa Banjar, kata “sama” dan “rendah berdasarkan persamaan ukuran tinggi Sunga Mahakam dengan daratan di tepiannya yang sama-sama rendah.
