11 Juni 1962, Wafatnya Sang Jendral Penggagas AKABRI Cikal Bakal Akademi Kemiliteran : Jendral Gatot Soebroto

- 11 Juni 2021, 13:22 WIB
11 Juni 1962, Wafatnya Sang Jendral Penggagas AKABRI Cikal Bakal Akademi Kemiliteran : Jendral Gatot Soebroto
11 Juni 1962, Wafatnya Sang Jendral Penggagas AKABRI Cikal Bakal Akademi Kemiliteran : Jendral Gatot Soebroto /jurnalmedan.com/Tribratanews

Portalbangkabelitung.com- Jenderal TNI (Purn.) Gatot Soebroto lahir di Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah, 10 Oktober 1907 merupakan tokoh perjuangan militer Indonesia dalam merebut kemerdekaan dan juga Pahlawan Kemerdekaan Nasional menurut Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.283 tanggal 18 Juni 1962.

Baca Juga: Fun Fact Buat Kamu Yang Memiliki Zodiak Gemini, Si Kembar Dengan Elemen Air

Ia menyelesaikan pendidikannya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, namun memilih bekerja menjadi pegawai.

Tak lama kemudian pada tahun 1923, beliay memasuki sekolah militer het Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) di Magelang.

Sempat menjadi sersan II saat dikirim ke Padang Panjang selama lima tahun, Gatot Subroto kemudian dikirim ke Sukabumi untuk mengikuti pendidikan lanjutan, pendidikan masose.

Baca Juga: Rekomendasi 6 Drama Korea Bergenre Thriller, Salah Satunya The Penthouse

Gatot Subroto dikenal sebagai tentara yang membela rakyat kecil meski tengah bekerja sebagai tentara kependudukan Belanda dan Jepang.

Ia dianggap contoh seorang pemimpin yang layak diapresiasi berkat jasa-jasanya.

Setelah Jepang menduduki Indonesia, serta merta Gatot Subroto pun mengikuti pendidikan Pembela Tanah Air (PETA), organisasi militer milik Jepang yang merekrut tentara pribumi untuk berperang, di Bogor.

Di sanalah karier Gatot Subroto mulai merangkak naik.

Baca Juga: The Penthouse 3 Jadi Drama Terpopuler di Bulan Juni, Lee Ji Ah Tempati Posisi Ketiga Pemeran Terfavorit

Selepas lulus dari pendidikan Peta, ia diangkat menjadi komandan kompi di Banyumas sebelum akhirnya ditunjuk sebagai komandan batalyon.

Setelah kemerdekaan, Gatot Subroto memilih masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan kariernya berlanjut hingga dipercaya menjadi Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, Gatot Subroto kemudian membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang merupakan cikal bakal nama Tentara Nasional Indonesia yang ada kini.

Baca Juga: TERBARU 3 Aplikasi Speeder Tanpa Iklan Main Higgs Domino Island: Beserta Link Download Versi Update!

TKR dipimpin oleh Kol. Sudirman di mana saat itu Gatot Subroto menjabat sebagai Kepala Siasat dan berganti menjadi Komandan Divisi dengan pangkat Kolonel setelah prestasinya yang dianggap gemilang dalam pertempuran Ambarawa.

Pada tahun 1948 terdapat Peristiwa Madiun yang melibatkan pihak Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Tentara Nasional Indonesia.

Pemberontakan tersebut berada di wilayah Madiun, Jawa Timur, yang kemudian berhasil diatasi.

Saat melawan PKI, Gatot Subroto melancarkan operasi militer agar dapat memulihkan keamanan.

Baca Juga: Bocoran The Penthouse 3 Episode 2: Logan Lee Masih Hidup? Joo Dan Tae Berhasil Mencuci Pikiran Seok Kyung

Panglima Besar Soedirman menyampaikan kepada pemerintah, bahwa TNI dapat menumpas pasukan-pasukan pendukung Muso dalam waktu 2 minggu.

Memang benar, kekuatan inti pasukan-pasukan pendukung Muso dapat dihancurkan dalam waktu singkat.

Tanggal 30 September 1948, kota Madiun dapat dikuasai seluruhnya. Pasukan Republik yang datang dari arah timur dan pasukan yang datang dari arah barat, bertemu di hotel Merdeka di Madiun. Namun pimpinan kelompok kiri beserta beberapa pasukan pendukung mereka, lolos dan melarikan diri ke beberapa arah, sehingga tidak dapat segera ditangkap.

Baru pada akhir bulan November 1948 seluruh pimpinan dan pasukan pendukung Muso tewas atau dapat ditangkap.

Baca Juga: Sinopsis Putri Untuk Pangeran 11 Juni 2021: Ternyata Putri Divonis Tidak Bisa Punya Keturunan

Sebelas pimpinan kelompok kiri, termasuk Amir Syarifuddin Harahap, mantan Perdana Menteri Republik Indonesia, dieksekusi pada 20 Desember 1948 di makam Ngalihan, atas perintah Kol. Gatot Subroto.


Selama memimpin, Gatot Subroto memang dikenal sebagai pemimpin yang disiplin, tegas, berani, dan membela kaum yang tertindas dan termarjinalkan.

Maka, pada tahun 1953, ketika terjadi kerusuhan di istana negara akibat tuntutan rakyat atas pembubaran parlemen ditolak, Gatot Subroto yang dituduh sebagai dalang kerusuhan tersebut langsung mengundurkan diri dari jabatannya sekaligus dari dinas militer.

Baca Juga: Fun Fact Buat Kamu Yang Memiliki Zodiak Capricorn, Kambing Dengan Elemen Tanah

Pada 1953, ia mengundurkan diri dari dinas militer, tetapi tiga tahun kemudian diaktifkan kembali sekaligus diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) pada tahun 1956.

Melalui tangan dinginnya, ia berhasil melumpuhkan pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia-Perdjuangan Rakjat Semesta (PRRI/Permesta) yang ada di Sumatra dan Sulawesi Utara.

Pada tanggal 11 Juni 1962, Gatot Subroto meninggal di usia 54 tahun denga pangkat terakhir Letnan Jenderal.

Baca Juga: Bocoran The Penthouse 3 Episode 2: Logan Lee Masih Hidup? Joo Dan Tae Berhasil Mencuci Pikiran Seok Kyung

Ia adalah penggagas akan perlunya sebuah akademi militer gabungan (Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut) untuk membina para perwira muda.

Gagasan revolusionernya tersebut diwujudkan dengan pembentukan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada tahun 1965.***

Editor: Ryannico

Sumber: wikipedia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah