Asal Mula Sejarah Penambangan Timah di Pulau Belitung, Dimulai Sejak Abad ke-18

- 13 Januari 2023, 07:28 WIB
Ilustrasi penambangan. Asal Mula Sejarah Penambangan Timah di Pulau Belitung, Dimulai Sejak Abad ke-18 \Instagram\@danaukaolinbelitung
Ilustrasi penambangan. Asal Mula Sejarah Penambangan Timah di Pulau Belitung, Dimulai Sejak Abad ke-18 \Instagram\@danaukaolinbelitung /

Portalbangkabelitung.com- Belitung adalah salah satu pulau besar yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Provinsi Kepaulauan Bangka Belitung memang terkenal sebagai penghasil timah terbesar di Indonesia.

Hingga salah satu badan usaha milik negara (BUMN) yaitu PT Timah berkedudukan di provinsi ini.

Pada ulasan ini, Portalbangkabelitung.com akan membahas tentang asal mula sejarah penambangan timah yang ada di Pulau Belitung.

Baca Juga: Asal Usul Kota Sungailiat Bangka Belitung yang Unik, Telah Ada Sejak 1766 M

Ternyata penambangan timah yang ada di Pulau Belitung telah dimulai sejak abad ke-18.

Dirangkum Portalbangkabelitung.com dari kanal YouTube AMJ Channel_78, berikut asal mula sejarah penambangan timah yang ada di Pulau Belitung.

Sejarah penambangan timah di Pulau Belitung

Bermula dari seorang Belanda bernama John Francois Luodon sebagai orang pertama dan orang kepercayaan Prins Hendrik yang menemukan dan merintis penambangan timah Belanda di Belitung tahun 1851.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Kabupaten Magetan Jawa Timur 'The Nice of Java', Bermula dari Kerajaan Mataram Islam

Tanggal 23 Maret 1852 Belitung mendapatkan konsesi penambangan timah terpisah dari Pulau Bangka. Konsesi ini menandai penambangan timah secara modern pada tingkat yang terorganisir di Belitung dengan bantuan kuli-kuli tambang yang didatangkan dari Cina atau yang sering di sebut singkek di saat itu dan akhirnya menjadi peranakan Tionghoa sekarang ini.

Pertama kali timah di tambang di salah satu sungai yaitu bernama sungai Siburik dan daerah air Lesung Batang.

Awal abad-19 Belitung dan Bangka jatuh ke tangan Inggris menyusul kekalahan Palembang tahun 1812. Inggris selalu menempatkan Raja Akil sebagai penguasa Pulau Belitung. Belitung kemudian menjadi jajahan Belanda berdasarkan traktat London 1814 namun roda pemerintahan Belanda baru berjalan pada tahun 1823 dengan dibangunnya benteng di Tanjung Sumba kemudian di Tanjung Pandan.

Baca Juga: Mitos Asal Usul Nama Toboali Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung, Mulai dari Kebun Tebu hingga Raden Ali

Pada tanggal 1 Jul1 1838 Belanda mengakui secara sah KA Rahad  sebagai raja Belitung bergelar Depati Tjakraningrat VIII (1838-1854). Lalu Depati membangun pemukiman di kampung Gunong dan mulai mengembangkan kawasan ini menjadi cikal bakal Kota Tanjung Pandan saat ini.

Tahun 1851 saat timah kembali ditemukan dan Belanda segera menambang di Pulau Belitung. Pada tahun 1953 bersamaan dengan dimulainya pertambangan tersebut dan pejabat Belanda yang saat itu ditempatkan bernama Dielwart sebagai asisten residen yang membawahi pejabat-pejabat pemerintahan.

Tahun 1890 dibentuklah distrik-distrik berdasarkan wilayah penambangan yang bertanggungjawab kepada distriknya masing-masing saat itu. Tahun 1924 dibentuk kelurahan-kelurahan yang terdiri atas dua sampai tiga kampung. Sementara di kampung-kampung tersebut diangkat mandor-mandor untuk mengawasi pertambangan tersebut. Para mandor bertanggungjawab kepada kepala distrik saat itu.

Baca Juga: Cerita Rakyat Bangka Belitung: Asal-Usul Kota Toboali Bangka Selatan Berbagai Versi

Tahun 1927  kepala distrik dihapuskan dan Belitung dijadikan satu distrik yang dikepalai oleh seorang demang. Pada tahun 1933 Belitung menjadi wilayah onder of dealing yang dikepalai oleh seorang controller wakil asisten residen. Tahun 1935 Belitung dibagi menjadi distrik Belitung Barat dan Belitung Timur yang masing-masing dikepalai oleh seorang Demang.

Pada saat itu meskipun sebelumnya kerajaan Balok telah membagi Belitung atas wilayah-wilayah ngabehi namun kemudian Belitung berkembang menjadi wilayah distrik yang dibentuk pemerintah kolonial saat itu. Distrik-distrik yang cukup terkenal saat itu adalah Tanjung Pandan, Buding, Manggar, Gantung atau Lenggang serta Dendang.

Kota-kota ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan infrastruktur untuk menunjang kelancaran aktivitas penambangan dan menjamin keberlangsungan hidup penduduknya.  Di setiap distrik dibangun emplacement perusahaan, perkantoran pemerintah, dan berbagai bangunan publik dengan fasilitas listrik serta telepon. Serta jalan-jalan darat juga dibangun untuk menghubungkan antara distrik yang dirintis.

Secara umum dimulainya pertambangan timah kolonial menjadi titik tolak kebangkitan kota-kota di Pulau Belitung dalam pengertian fisik maupun sosial. Perkembangan ini berlangsung dalam rangka fase-fase awal adalah tahun 1853 yang diprioritaskan pada penyediaan sarana pokok berupa gudang-gudang dan jalan. Sementara orang Belanda masih tinggal di benteng. 

Baca Juga: 10 Daftar Masjid Tertua di Sumatera Barat Minangkabau, Berkaitan dengan Sejarah Penyebaran Islam di Indonesia

Fase kedua setelah berdirinya NV Billiton Mij pada tahun1860 yang difokuskan pada pembangunan fasilitas utama seperti bangunan perusahaan, perkantoran pemerintahan, jalan dan perumahan.

Fase ketiga antara tahun 1868 sampai 1870 dibangun berbagai fasilitas Islamic antara lain pasar, dermaga, masjid, sekolah,  rumah sakit serta di Manggar dibangun elektrik center yang menjadi terbesar di Asia Tenggara di saat itu.

Fase keempat pada tahun 1920-an setelah dibangun NV GMB, pembangunan di Belitung lebih bersifat ke pemekaran.

Penambangan timah Belanda di Belitung telah mengubah wajah Pulau ini dalam arti yang sebenarnya. Kemajuan penambangan timah tidak hanya memajukan kota-kota modern namun juga mengakhiri kekuasaan tradisional yang telah lebih dulu eksis sebelumnya.

Baca Juga: Cerita Bangka Belitung: Tentang Pulau Belitong, Sejarah Hingga Asal-Usulnya

Kematian Depati terakhir pada tahun 1873 yang diikuti dengan penghapusan  department pada saat itu pada tahun tersebut mengawali pudarnya kekuasaan Kerajaan balok di tanah Belitung.

Tanjung Pandan kemudian dikepalai oleh Ngabehi sampai gelar itu pun dihapus tahun 1890. Selanjutnya Tanjung Pandan kemudian dipimpin oleh Kepala distrik yang dipilih dari kerabat dekat Depati. Kaum bangsawan harus kehilangan hak-hak istimewa mereka dan menjadi pegawai yang digaji oleh pemerintah kolonial.

Pada tanggal 28 Februari 1942 Jepang menyerang Pulau Belitung dengan pesawat udaranya dan akkhirnya menduduki Pulau Belitung pada tanggal 10 April 1942.

Pada tahun 1943 Jepang melakukan berbagai perubahan antara lain perusahaan NV GMB diganti menjadi Mitsubishi Kogyaka Keiha (MKK) terus tambang Selumar yang ditutup pada tahun 1930, dibuka kembali untuk menggali biji besi dan tembaga.

Baca Juga: 7 List Wisata Kuliner Belitong yang Enak dan Lezat Khas Belitung, Wajib Dicoba!

 Perladangan dibiarkan dan di daerah diadakan kursus penanaman padi, dibangunnya pelabuhan bebas biaya bea sehingga perniagaan berkembang  dengan kapal-kapal bermuatan 50 Ton ke atas dengan dibangunnya pelabuhan di Pulau Belitung.

Di Manggar dibuka sekolah pertukangan perahu serta guru-guru sekolah dikirim ke Bangka untuk dididik.

Pembangunan lapangan terbang yang dirintis di daerah Buluh Tumbang yang sekarang menjadi bandara Internasional Hanandjoeddin Tanjung Panda.

Pada permulaan tahun 1945 Jepang membentuk Badan Kebangkitan Rakyat namun badan ini belum sempat bekerja dan dibubarkan ketika Jepang menyerah kepada sekutu 14 Agustus 1945. September 1945 Jepang meninggalkan Pulau Belitung tanpa menyerahkan kekuasaan kepada siapapun.

Hingga sekarang aktivitas penambangan timah masih berlangsung di Pulau Belitung yang dikelola oleh PT Timah dan perusahaan lokal di Belitung.

Berikut tadi sejarah asal mula penambangan timah yang ada di Pulau Belitung.***

Editor: Suhargo

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x