Jargon ini melambangkan seperjuangan orang Tionghoa dan Melayu, keduanya harus bergandengan tangan membangun Bangka.
“Kelenteng Kong Fuk Miao dan Masjid Jamik jadi saksi sejarah kebersamaan orabg Tionghoa dan Melayu, selain itu pemukiman di Bangka juga relatif membaur antara Tionghoa dan Melayu. sehingga tidak ada tembok pembatas antar keduanya, fenomena ini jelas berujung pada akulturasi budaya," pungkasnya (Iso)