Ekonom Senior Soroti Laju Penetrasi Perbankan Yang Tak Kunjung Berkembang Hingga Saat Ini

- 27 Agustus 2021, 02:35 WIB
Ilustrasi - Ekonom Senior Soroti Laju Penetrasi Perbankan Yang Tak Kunjung Berkembang Hingga Saat Ini
Ilustrasi - Ekonom Senior Soroti Laju Penetrasi Perbankan Yang Tak Kunjung Berkembang Hingga Saat Ini /Pixabay/Skitterphoto/

Portalbangkabelitung.com- Ekonom Senior Prof. Dr. Didik J Rachbini soroti perihal penetrasi perbankan yang terus menurun.

Dia menyebut para pimpinan bank milik pemerintah hanya mencari posisi aman dengan tidak terus menaikkan level penetrasi mereka.

”Bank tidak menjadi pelopor mendorong dinamika bisnis, cuma ikut saja perdagangan dan bisnis yang ada,” katanya pada Kamis 26, Agustus 2021 dari diskusi bertajuk “Katanya Pertumbuhan Ekonomi Naik, Kok Kredit Masih Seret?”.

Baca Juga: LINK Nonton Series Antares Episode 6 Tayang Malam ini, Jangan Lupa Streaming Sepuasnya

Ia mempertanyakan kemajuan kinerja perbankan saat ini

Bahkan menurutnya sangat tragis, saat ini penetrasi perbankan ke masyarakat meski dalam keadaan normal hanya 42%.

Hal itu lebih rendah dari penetrasi perbankan Filipina 70%, Bangladesh 64%, bahkan Singapura yang 136%.

Baca Juga: Surat Al Waqiah, Komplit dengan Latin dan Terjemahannya

Ia mengatakan, CEO BUMN pemerintah, termasuk bank, seperti dalam disertasi Sandiaga Uno, level entrepreneurship inisiatifnya sangat rendah hanya 44 persen.

“Ini menyebabkan BUMN dan bank BUMN mandeg. Jika demikian terus maka Indonesia akan terus tertinggal dan cepat tua karena sebelum naik menjadi negara kaya, semua indikatornya sudah meredup," ujarnya.

Didik menilai pacsa krisis, perbankan terlihat cenderung tidak bergerak untuk penetrasi ke masyarakat.

Baca Juga: Link Nonton Drama Hospital Playlist 2 Episode 10 Sub Indo, Jangan Sampai Ketinggalan Streaming Malam ini

“Bahkan terkesan manja ketika hanya ‘main’ di SUN yang pertumbuhannya hampir 40%. SUN juga bunganya paling tinggi di dunia dan amat menguras pajak masyarakat," ujarnya.

Sementara itu, Dr. Aviliani yang juga Ekonom Senior INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) turut menyoroti perubahan perkembangan perbankan saat ini.

“Di masa pandemi seperti sekarang, untuk menjaga tingkat kepercayaan masyarakat, pemerintah telah membuat kebijakan agar masyarakat tetap percaya kepada perbankan.” ujarnya.

Baca Juga: Perjuangan Ayah Driver Ojol Babeh Ary Terobos Hujan Demi Beli Laptop Buat Nindy, Viral di Twitter

Pertumbuhan dana masyarakat yang menyimpan uang di bank cukup tinggi mencapai 10% yang berarti orang hanya menyimpan saja.

“Hal itu mungkin akibat PPKM dan pandemi hingga masyarakat tidak mau berbelanja dulu dan memilih jalan aman menyimpan saja dananya di perbankan.” tuturnya.

Pengalaman pada krisis 2008 dan 1998 ketika perbankan collapse maka tingkat kepercayaan masyarakat kepada perbankan akan turun.

Baca Juga: Link Nonton Drakor The Penthouse 3 Episode 12 Sub Indo, Streaming Secara Gratis Sepuasnya

“Beruntungnya, hal itu tidak terjadi di masa pandemi saat ini. Karena itulah, pertumbuhan ekonomi RI meskipun rendah, tapi terlihat masih biasa-biasa saja.“ katanya.

Hal itu sangat berdampak kepada jumlah konsumen perbankan.

Jika konsumen tidak ada, maka transaksi ke perbankan juga tidak ada karena tidak ada rencana investasi.

Baca Juga: Menyusul Ara, Apakah Chika Juga Dikeluarkan dari Member JKT48? Simak Faktanya di Sini!

“Akibat dari itu penyaluran kredit perbankan akan rendah, bahkan tumbuh negatif. Jika dipaksakan bank untuk memberikan kredit, masalahnya yang meminta kredit bank tidak ada," ujar Aviliani.***

Editor: Suhargo

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x