Portal Bangka Belitung.com - Menurut Dr. Whitney Bowe, seorang dokter kulit dan penulis "The Beauty of Dirty Skin", stress dibedakan menjadi 2 macam, yaitu stres akut dan stress kronis.
Stres kronis yang terus-menerus, jenis yang mungkin dialami oleh setiap makhluk hidup saat ini berdampak pada kulit.
Bagaimana stres memengaruhi kulit Anda? Sebagian besar hubungan kulit-jiwa bermuara pada produksi berlebih kortisol, hormon stres utama, dan pengaruhnya pada pelindung kulit.
Baca Juga: 4 Manfaat Garam yang Jarang Diketahui Orang, Ternyata Garam Juga Baik Untuk Kecantikan lho!
Dr. Loretta Ciraldo, menyampaikan bahwa Selama masa stres, kortisol memperlambat produksi minyak bermanfaat . Tanpa lipid yang cukup untuk menutup hidrasi, kulit akan kehilangan air transepidermal (TEWL).
Pada saat yang sama, kortisol merangsang produksi sebum berlebih, minyak yang menyebabkan jerawat. “Jadi bagi banyak dari kita, kulit kita tampak lebih berminyak saat kita stres, dan lebih rentan berjerawat,” katanya.
Semua ini mengubah pH kulit, yang merusak mantel asam dan menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi simbiosisi satu triliun mikroorganisme yang ada di dalam dan di pelindung kulit alias mikrobioma.
Baca Juga: Di Tengah Ketidakstabilan, Nikaragua Nekat Bentuk Kementerian Nasional Khusus Urusan Luar Angkasa
Dalam kondisi ideal, microbiome membuat perawatan kulit topikal tidak berguna. Ada mikroba yang memberi makan sebum, yang membantu mempertahankan kadar minyak yang sehat.