PORTAL BANGKA BELITUNG - Fakta sejarah asal usul nama Banyuwangi Jawa Timur. Asal usul dan asal mula Banyuwangi yang melegenda dengan kisah tragis dan menyayat hati.
Banyuwangi tepat berada di wilayah Provinsi Jawa Timur. Daerah ini memiliki banyak sekali keunikan dan hal menarik yang wajib diketahui beserta dengan fakta terbarunya.
Bahkan daerah inu merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur. Wilayahnya cukup beragam, dari dataran rendah hingga pegunungan dengan ragam destinasi wisata yang bisa dikunjungi.
Baca Juga: Bak Pesona Eropa! 5 Wisata Banyuwangi Berikut Sukses Bikin Terpana
Sejarah Banyuwangi Lengkap
Singkat cerita, diketahui VOC melakukan ekspansinya ke Blambangan pada tahun 1767. Lantaran itu mungkin perang Puputan Bayu terjadi (puncaknya) pada tanggal 18 Desember 1771.
Sekilas terdapat hubungan yang erat perang Puputan Bayu dengan lahirnya sebuah tempat yang bernama Banyuwangi.
Perang Puputan Bayu merupakan bagian dari proses lahirnya Banyuwangi. Karena itu, penetapan tanggal 18 Desember 1771 sebagai hari jadi Banyuwangi sesungguhnya sangat rasional.
Baca Juga: 9 Objek Wisata Hits di Banyuwangi Jawa Timur Cocok Untuk Liburan Akhir Pekan
Legenda Asal Usul Nama Banyuwangi
Dahulu kala wilayah ujung timur Pulau Jawa yang alamnya begitu indah ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Sulahkromo.
Selama menjalankan pemerintahannya ia dibantu oleh seorang Patih yang gagah berani, arif dan tampan.
Sosok tersebut diketahui bernama Patih Sidopekso, ia pun memiliki seorang istri bernama Sri Tanjung. Istri dari Patih Sidopekso sangatlah cantik dan elok parasnya, halus budi bahasanya.
Namun siapa sangka istri dari Patih Sidopekso, Sri Tanjung dengan segala kelebihannya justru membuat sang Raja tergila-gila padanya.
Agar tercapai hasrat sang raja untuk membujuk dan merayu Sri Tanjung maka muncullah akal liciknya sang raja.
Sang raja pun kemudian memerintah Patih Sidopekso untuk menjalankan tugas yang tidak mungkin bisa dilakukan manusia biasa.
Maka dengan tegas dan gagah berani, tanpa curiga, sang Patih berangkat untuk menjalankan titah Sang Raja.
Sepeninggal Sang Patih Sidopekso, sikap tak senonoh Prabu Sulahkromo dengan merayu dan memfitnah Sri Tanjung dengan segala tipu daya dilakukanya.
Namun cinta Sang Raja tidak kesampaian dan Sri Tanjung tetap teguh pendiriannya, sebagai istri yang selalu berdoa untuk suaminya.
Ketika Patih Sidopekso kembali dari misi tugasnya, ia langsung menghadap Sang Raja untuk menyampaikan apa yang sudah dikerjakannya.
Namun lagi-lagi akal busuk sang raja kembali muncul dengan membagikan fitnah pada Patih Sidopekso.
Sang raja menyampaikan bahwa sepeninggal Sang Patih pada saat menjalankan titah raja meninggalkan istana, Sri Tanjung mendatangi dan merayu Sang Raja.
Mendengar apa yang disampaikan sang raja, Patih Sidopekso langsung menemui Sri Tanjung. Patih Sidopekso penuh dengan kemarahan dan tuduhan yang tidak beralasan.
Bahkan Sang Patih dengan berangnya mengancam akan membunuh istri setianya itu. Ia pun menyeret Sri Tanjung ke tepi sungai yang keruh dan kumuh.
Singkat cerita, sebelum Patih Sidopekso membunuh Sri Tanjung, ada permintaan terakhir dari Sri Tanjung kepada suaminya.
Sri Tanjung pun masih berupaya untuk memberikan bukti kejujuran, kesucian dan kesetiannya hingga ia rela dibunuh.
Maka Sri Tanjung membuat janji dan bukti apabila darahnya membuat air sungai berbau busuk maka dirinya telah berbuat tak senonoh, tapi jika air sungai berbau harum maka ia tidak bersalah.
Patih Sidopekso yang terlampau emosi segera menikamkan kerisnya ke dada Sri Tanjung. Darah memercik dari tubuh Sri Tanjung dan mati seketika.
Naasnya mayat Sri Tanjung segera diceburkan ke sungai dan sungai yang keruh itu berangsur-angsur menjadi jernih.
Air itu berubah seperti kaca serta menyebarkan bau harum, bau wangi. Patih Sidopekso terhuyung-huyung, jatuh dan ia jadi linglung.
Setelahnya tanpa ia sadari, ia menjerit "Banyu.....wangi..........Banyu.....wangi ... .." Banyuwangi terlahir dari bukti cinta istri pada suaminya.
Fakta Unik Banyuwangi Paling Terbaru
Keragaman Budaya
Beragam suku yang mempengaruhi budaya lokal, adat istiadat, bahasa, dan kuliner yang unik di Banyuwangi.
Diketahui keberagaman budaya masyarakat Banyuwangi karena terdiri dari berbagai suku, seperti suku Osing, suku Tengger, dan suku Bali, yang hidup berdampingan dalam kerukunan.
Fenomena Bunga Bangkai
Banyuwangi menjadi tempat terjadinya fenomena langka mekar bunga bangkai (Amorphophallus titanium).
Bunga bangkai mengeluarkan aroma busuk yang kuat saat mekar untuk menarik kumbang penyerbuk. Bahkan fenomena ini menghebohkan dunia.
Wisata Petik Jeruk
Diketahui Banyuwangi sanget terkenal dengan perkebunan jeruk. Bahkan terdapat destinasi wisata petik jeruk yang unik.
Liburan wisata dengan pengalaman memetik jeruk segar langsung dari pohonnya dan menikmati segarnya destinasi petik jeruk di Banyuwangi.
Bahkan diketahui Banyuwangi memiliki banyak sekali destinasi wisata yang pastinya tak ada habisnya untuk dikunjungi ketika liburan.
Demikian itulah sekilas informasi fakta sejarah asal usul nama Banyuwangi yang menyimpan kisah tragis dan unik untuk diketahui para generasi masa kini. ***