Waspada! Aplikasi Deepfake Dapat Buat Wajahmu Jadi Pelaku Pornografi

- 21 Februari 2021, 20:56 WIB
Ilustrasi Wajah di Dunia Maya
Ilustrasi Wajah di Dunia Maya /Gerd Altmann-Pixabay.com

Portalbangkabelitung.com - Saat ini, teknologi dunia sudah semakin pesat. beragam penemuan yang digunakan semestinya, banyak menolong manusia.

Namun, tak dapat dipungkiri, banyak pula yang disalahgunakan, sehingga merugikan banyak orang.

Salah satu bukti kecanggihan teknologi masa kini yang patut diwaspadai adalah aplikasi Deepfake. 

Baca Juga: 21 Februari 2021, Selamat Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Yuk, Simak Sejarahnya!

Deepfake, sebuah aplikasi Sensity AI yang berisi foto atau video yang bisa diubah dengan wajah orang lain.

Aplikasi ini banyak disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk mengambil wajah orang-orang di media sosial dan diubah dengan wajah atau video pornografi.

Bertahun-tahun aktivis berjuang untuk melindungi korban kekerasan seksual berbasis gambar atau deepfake akhirnya akan menemukan titik terang, dilansir dari Technologyreview ,tanggal 20 Februari 2021.

Baca Juga: Bingung Mau Bisnis Apa? Berikut Bisnis yang Masih Jarang di Indonesia

Helen Mort tidak percaya apa yang dia dengar. Ada foto telanjang dirinya terpampang di situs porno, kata seorang kenalannya.

Tapi tidak pernah dalam hidupnya dia mengambil atau berbagi foto intim. Pasti ada kesalahan ketika akhirnya dia mengumpulkan keberanian untuk melihat, dia merasa takut dan terhina.

Helen Mort, seorang penyair dan penyiar di Sheffield, Inggris, menjadi korban Deepfake pornografi palsu.

Baca Juga: Jadi Sorotan, Kapolsek Cilandak Gendong Emak-Emak Demi Evakuasi Banjir

Hal yang paling mengejutkannya adalah foto-foto itu berdasarkan foto, bertanggal antara 2017 dan 2019.

Foto yang diambil dari akun media sosial pribadinya, termasuk profil Facebook yang telah dia hapus. Pelaku telah mengunggah gambar-gambar tersebut seperti foto liburan dan kehamilan bahkan foto dirinya saat remaja.

Selanjutnya mendorong pengguna lain untuk mengedit wajahnya menjadi foto pornografi yang membuat hal itu tampak nyata bahwa itu adalah dirinya.

Baca Juga: Akibat Banjir, Warga Jakarta Mengungsi, Anies: Ada Warga yang Terkonfirmasi Positif Covid-19

Ketika dia mulai meneliti apa yang telah terjadi, dia mempelajari istilah baru yaitu deepfakes, mengacu pada media yang dibuat dan dimanipulasi oleh teknologi atau Sensity AI.

Dia mempertimbangkan untuk sepenuhnya keluar dari web dan media sosial, tetapi ini penting untuk pekerjaannya.

Dia juga tidak tahu siapa yang akan melakukan ini. Dia takut bahwa itu adalah seseorang yang dianggapnya dekat.

Baca Juga: Tewas Secara Misterius, Pemerintahan Joe Biden Akan Bongkar Fakta Kematian Jamal Khashoggi

Sementara deepfake telah menerima perhatian yang sangat besar karena potensi bahaya politiknya, sebagian besar darinya digunakan untuk menargetkan wanita.

Sensity AI, sebuah perusahaan riset yang melacak video deepfake online sejak Desember 2018.

Secara konsisten telah ditemukan bahwa antara 90 persen hingga 95 persen di antaranya adalah pornografi nonkonsensual. Sekitar 90 persen dari yang adalah porno non-consensual perempuan.

Baca Juga: Mikel Arteta Akan Permanenkan Martin Odegaard di Arsenal

“Ini adalah masalah kekerasan terhadap perempuan,” kata Adam Dodge, pendiri EndTAB, sebuah organisasi nirlaba yang mendidik orang-orang tentang penyalahgunaan yang didukung teknologi.

Konsekuensinya, jenis pelanggaran ini bisa sama menghancurkannya dengan pornografi foto-foto intim yang dirilis tanpa persetujuan.

Dalam beberapa kasus, mereka harus mengubah nama mereka. Di negara lain, mereka harus benar-benar menghapus diri mereka sendiri dari internet.

Baca Juga: 21 Februari 2021, Selamat Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Yuk, Simak Sejarahnya!

Mereka terus-menerus takut akan trauma kembali, karena setiap saat gambar-gambar itu dapat muncul kembali dan sekali lagi menghancurkan hidup mereka.

Untungnya, gerakan paralel di AS dan Inggris mendapatkan momentum untuk melarang pornografi deepfake non-consensual.

Perhatian tersebut juga dapat membantu melarang bentuk-bentuk kekerasan seksual berbasis gambar, yang sebelumnya telah diabaikan.

Baca Juga: Bingung Mau Bisnis Apa? Berikut Bisnis yang Masih Jarang di Indonesia

Setelah bertahun-tahun, upaya para aktivis untuk mengingatkan para pembuat undang-undang tentang celah hukum yang mengerikan ini.

Keberadaan deepfakes akhirnya memaksa para aktivis untuk memperhatikan pornografi ini lewat jalur hukum.

Artikel ini telah dimuat di Ringtimes Banyuwangi dengan judul "Aplikasi Deepfake, Mengubah Foto Wajah Seseorang di Media Sosial untuk Situs Porno" pada Minggu, 21 Februari 2021.

***(Ringtimes Banyuwangi/Siti Nur Azizatul)

Editor: Abdul Fakih

Sumber: Ringtimes Banyuwangi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah