Tuntut Reformasi Monarki, Ribuan Orang Terlibat Unjuk Rasa di Thailand dan Puluhan Orang Ditangkap

- 25 Maret 2021, 13:32 WIB
Petugas polisi berdiri dalam posisi selama protes pada peringatan 47 tahun pemberontakan mahasiswa 1973, di Bangkok, Thailand 15 Oktober 2020.
Petugas polisi berdiri dalam posisi selama protes pada peringatan 47 tahun pemberontakan mahasiswa 1973, di Bangkok, Thailand 15 Oktober 2020. /Reuters/Athit Perawongmetha/

Portalbangkabelitung.com - Pada Rabu 24 Maret 2021 terjadi unjuk rasa di Thailand menuntut reformasi monarki.

Unjuk rasa terjadi di persimpangan utama Bangkok, Thailand dan lebih dari seribu orang mengikuti unjuk rasa tersebut. 

Gerakan protes ini terjadi sejak Juli 2020 lalu untuk menuntut pengunduran diri pemerintahan Perdana Menteri Prayut Chan-o-ch dan penulisan ulang konstitusi yang ditulis militer.

Baca Juga: Ditengah Polemik Vaksin AstraZeneca, Kanada Tidak Menemukan Adanya Laporan Pembekuan Darah

Unjuk rasa ini juga tidak luput dari polisi yang mengunakan kekerasan dan peluru karet untuk menghalau para demonstran. 

Tuntutan paling kontroversial adalah untuk mereformasi monarki yang tak tersentuh, termasuk penghapusan undang-undang pencemaran nama baik kerajaan yang kejam.

Sejauh ini lebih dari 70 pengunjuk rasa dan pemimpin mahasiswa dituduh menghina monarki dan sekira selusin orang ditahan di penjara.

Baca Juga: Seorang Ibu Terkunci Didalam Toilet Selama Tujuh Jam, Berikut Kisahnya

Jika terbukti melakukan kesalahan, mereka akan menghadapi hukuman 15 tahun penjara per dakwaan.

Pada Rabu 24 Maret 2021, pengunjuk rasa berkumpul di distrik perbelanjaan utama Bangkok, berteriak 'lepaskan teman kami' dan 'hapus 112', merujuk pada hukum lese majeste dalam hukum pidana Thailand yang melindungi Monarki dari kritik.

Sebuah panggung di tengah jalan dengan spanduk besar bertuliskan 'Reformasi Monarki', puluhan demonstran memegang foto para tahanan dan menempelkannya di rambu-rambu jalan.

Baca Juga: Pegang Gurita Beracun yang Mematikan, Wanita Ini Selamat Dari Maut

Tidak peduli berapa banyak teman kami yang ditangkap - 10 atau seratus - kami tidak akan berhenti keluar," kata Benja Apan, salah satu pemimpin protes yang menghadapi beberapa tuduhan pencemaran nama baik kerajaan.

"Itu tidak bisa menghentikan semangat kita. Kita akan bertarung bersama. Alangkah baiknya jika teman kita bisa keluar bersama kita," ujarnya pada para demonstran, dikutip dari laman CNA.

Polisi pun berjaga termasuk regu anti huru hara, membangun pembatas dan barikade bagi para demonstran.

Baca Juga: Memiliki Kulit yang Awet Muda, Ini Rahasia Nenek Berusia 65 Tahun

Wakil juru bicara Kepolisian Nasional Kissana Phathanacharoen memperingatkan bahwa protes itu ilegal karena pembatasan virus corona dan petugas akan 'menegakkan hukum selangkah demi selangkah'.

Sebelumnya pada Sabtu 20 Maret 2021, polisi Thailand menggunakan meriam air dan peluru karet di luar Grand Palace Bangkok setelah para pengunjuk rasa menerobos barikade.

Ada 20 pengunjuk rasa dan 13 petugas polisi terluka dalam bentrokan itu, menurut pusat darurat setempat, sementara pihak berwenang mengatakan 20 orang ditangkap dan tujuh telah didakwa dengan lese majeste.

Sebagaimana artikel ini telah terbit di media Pikiran-Rakyat.com dengan judul "Thailand Memanas, Ribuan Orang Turun ke Jalan Tuntut Reformasi Monarki" yang tayang pada 25 Maret 2021***(Pikiran Rakyat/Rahmi Nurfajriani)

Editor: Suhargo

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x