Dikutip Portalbangkabelitung.com dari Pikiran-rakyat.com, para diplomat dari negara-negara ini telah mengutuk pertumpahan darah oleh militer Myanmar dan membuat pernyataan bersama itu sebagian besar bersifat simbolis.
Baca Juga: Maraknya Serangan Anti-Asia di Amerika Serikat, Dua WNI Diserang Orang Tak Dikenal
Sejauh ini, militer Myanmar mengabaikan kritik atas tindakan kerasnya terhadap perbedaan pendapat.
Draft pernyataan bersama AS-Sekutu tidak secara eksplisit mengutuk kudeta 1 Februari 2021 yang menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi.
Disebutkan dalam pernyataan itu bahwa militer profesional harus mengikuti standar internasional untuk berperilaku dan bertanggung jawab untuk melindungi, bukan merugikan orang-orang yang dilayaninya.
Baca Juga: Apakah Benar Asal Mula Pandemi Covid-19 Ini Berasal Dari Kalelawar?
"Menghentikan kekerasan dan bekerja untuk memulihkan rasa hormat dan kredibilitas dengan rakyat Myanmar yang telah hilang melalui tindakannya," tulis pernyataan itu.
Militer Myanmar mengatakan mereka mengambil alih kekuasaan karena pemilihan umum November 2020 yang dimenangkan oleh partai Suu Kyi adalah kecurangan.
Jumlah korban tewas pada Sabtu sebanyak 114 orang dalam satu hari merupakan yang tertinggi sejak junta Myanmar melakukan kudeta.
Sehingga secara keseluruhan total korban tewas di Myanmar mencapai 440 orang.