PORTAL BANGKA BELITUNG - Setelah menguasai planet ini selama lebih dari 170 juta tahun, dinosaurus non-unggas tiba-tiba diturunkan keberadaannya oleh dampak asteroid besar yang menghantam semenanjung Yucatán sekitar 66 juta tahun yang lalu.
Tabrakan itu memicu serangkaian kerusakan lingkungan, dengan puing-puing di atmosfer memotong sinar matahari yang memberi kehidupan.
Suhu permukaan bumi turun dan hewan binasa. Nah, itulah yang kebanyakan ahli paleontologi pikirkan terjadi.
Baca Juga: Jenis Sinyal yang Belum Pernah Terlihat Kini Telah Terdeteksi di Otak Manusia!
Sementara bukti untuk dampak akhir Kapur ini tidak terbantahkan, perdebatan dalam komunitas paleontologis telah berlangsung, apakah kepunahan dinosaurus itu tiba-tiba atau bertahap.
Kepunahan memang bertepatan dengan periode pergolakan lingkungan jangka panjang, sebagian besar akibat dari putusnya superbenua Laurasia dan Gondwana.
Permukaan laut yang tinggi, iklim yang dingin, penyebaran habitat baru di darat, serta aktivitas gunung berapi yang masif, semuanya mungkin memainkan peran penting dalam peristiwa kepunahan massal.
Sampai saat ini, analisis data fosil belum menghasilkan bukti yang meyakinkan tentang penurunan spesies dinosaurus sebelum kepunahannya.