Generasi Milenial Sasaran Empuk, Perekrutan Terorisme Di Indonesia, Cegah dengan Langkah-langkah Ini!

- 1 April 2021, 14:54 WIB
Tangkapan layar dari video terduga teroris yang nekat masuk Mabes Polri, Jakarta Selatan sendirian, petang tadi, Rabu, 31 Maret 2021. /Twitter @muannas_alaidid
Tangkapan layar dari video terduga teroris yang nekat masuk Mabes Polri, Jakarta Selatan sendirian, petang tadi, Rabu, 31 Maret 2021. /Twitter @muannas_alaidid /

Portalbangkabelitung.COm- Generasi milenial kembali dikejutkan dengan aksi penyerangan Mabes Porli oleh generasinya yang masih berusia sekitar 25 tahun dengan jenis kelamin perempuan.

Dengan gagah berani generasi milenial bernama Zaskiah Aini ini membuat anggota porli lepaskan satu besi panas di tubuh korban pelaku penyerangan.

Aksi radikalime tersebut, diduga sala satu aksi terorisme yang sudah menjadi musuh bersama rakyat indonesia.

Baca Juga: Soal Penyerangan Mabes Polri, Jokowi Angkat Bicara: Kita Semuanya Bersatu Melawan Terorisme

Sebagaimana dikatakan oleh Pengamat Militer dan Intelijen Susaningtyas Kertopati dalam siaran persnya, di Jakarta, pada Kamis, 1 April 2021.

"Milenial kebanyakan masih mencari jati diri dan mengikuti arah pihak yang paling berpengaruh," katanya, dikutip Portalbangkabelitung.com dari Antara.

 

Selain itu, menurutnya aksi teror yang terjadi di Indonesia para pelaku masih berusia belia.

Baca Juga: Pemilihan Bujang Dayang Bangka Barat 2021 Dibuka, Ini Cara Pendaftaranya!

Serangan teror Mabes Polri dilakukan oleh seorang wanita berusia 25 tahun, sedangkan pelaku serangan bom Makassar juga dilakukan oleh pasangan milenial yang masih berusia 26 tahun.


"Mereka adalah korban dari penetrasi ideologi kekerasan global yang masuk ke Indonesia," kata Susaningtyas Kertopati.

baginya, pola rekrutmen saat ini berkembang menjadi lebih terbuka gunakan ruang publik seperti sekolah, kampus, dan perkumpulan kegiatan-kegiatan keagamaan.

Baca Juga: Presiden Joko Widodo Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Terorisme di Tanah Air, Kita Bersatu Lawan Terorisme

"Oleh karenanya, pemerintah juga harus melibatkan generasi milenial sebagai upaya melakukan pencegahan agar tidak ada perekrutan baru," kata Doktor Bidang Komunikasi Intelijen Unpad tersebut.

"Kejadian bom bunuh diri itu tentu saja sinyal bahwa mereka ingin menunjukkan eksistensinya. Oleh karena itu harus dikenali embrio terorisme di Indonesia itu apa saja," sambungya.

Selain melibatkan milenial, pemerintah juga diharapkan melibatkan tokoh-tokoh publik yang berepngaruh agar.

Baca Juga: Pasca Aksi Terorisme di Mabes Polri, Presiden Jokowi Perintahkan Aparat Kemanan Untuk Lebih Waspada

"Rekrutmen terorisme selain dilakukan tertutup, juga ada ruang publik yang dipakai dalam proses penjaringan seperti di media sosial," kata Susaningtyas Kertopati.

Yang juga perlu diwaspadai adalah proses yang disebut "enabling environment" yaitu menormalisasi hal yang tidak normal dirasa normal.

"Ini tidak boleh disepelekan dan harus jadi perhatian serius semua kalangan," kata wanita yang juga aktif sebagai aktivis sosial kemanusiaan ini.
"Mereka adalah korban dari penetrasi ideologi kekerasan global yang masuk ke Indonesia," kata Susaningtyas Kertopati.

Baca Juga: Komnasham Perempuan Kutuk Aksi Terorisme yang Memperalat Perempuan

Menurutnya, pola rekrutmen saat ini berkembang menjadi lebih terbuka gunakan ruang publik seperti sekolah, kampus, dan perkumpulan kegiatan-kegiatan keagamaan.

"Oleh karenanya, pemerintah juga harus melibatkan generasi milenial sebagai upaya melakukan pencegahan agar tidak ada perekrutan baru," kata Doktor Bidang Komunikasi Intelijen Unpad tersebut.

Susaningtyas Kertopati menjelaskan dalam menganalisa kejadian terorisme harus secara holistik.

Baca Juga: Kepala BKKBN Hasto Wardoyo Ingin Pendataan Keluarga 2021 untuk Pemerataan Pembangunan

"Kejadian bom bunuh diri itu tentu saja sinyal bahwa mereka ingin menunjukkan eksistensinya. Oleh karena itu harus dikenali embrio terorisme di Indonesia itu apa saja," katanya.

Selain melibatkan milenial, pemerintah juga diharapkan melibatkan tokoh-tokoh publik yang berepngaruh agar.

"Rekrutmen terorisme selain dilakukan tertutup, juga ada ruang publik yang dipakai dalam proses penjaringan seperti di media sosial," kata Susaningtyas Kertopati.

Baca Juga: Pasca Aksi Terorisme di Mabes Polri, Presiden Jokowi Perintahkan Aparat Kemanan Untuk Lebih Waspada

Yang juga perlu diwaspadai adalah proses yang disebut "enabling environment" yaitu menormalisasi hal yang tidak normal dirasa normal.

"Ini tidak boleh disepelekan dan harus jadi perhatian serius semua kalangan," kata wanita yang juga aktif sebagai aktivis sosial kemanusiaan ini.***

Editor: Muhammad Tahir

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah