Setiap desa khususnya para pengrajin dalam membuat angklung selalu menggunakan bambu hitam, ini dilakukan setiap tahun.
Pada saat panen, penduduk desa selalu melaksanakan upacara dan memainkan angklung dengan harapan dewa akan memberkati mereka dengan hasil panen yang subur.
Angklung terdiri dari dua tabung dan alas. Biasanya para pengrajin memotong tabung dengan ukuran berbeda untuk menentukan nada angklung.
Namun satu angklung diketahui hanya menghasilkan satu nada musik sehingga alat musik ini harus dimainkan bersama – sama dalam sebuah pagelaran.
Dari adanya nada yang berbeda dan membuat para pendengar semakin menyukai nada yang dikeluarkan dari angklung.
Bahkan hingga saat ini di Indonesia, angklung masih sering dimainkan dalam acara penyambutan tamu terhormat di Istana Kepresidenan.
Cara emainkan alat musik angklung ini bisa terbilang sangat mudah, anda cukup menggoyangkan angklung tersebut dan keluarlah sebuah nada.
Namun untuk memperindah alunan musik, anngklung ini harus dimainkan oleh beberapa orang agar tercipta nada musik yang indah.