Intip Cerita tentang Jalan Malioboro Yogyakarta yang Hangat Bagi Wisatawan

14 Maret 2021, 22:47 WIB
Jalan Malioboro /Jalan Malioboro

Portalbangkabelitung.com - Jalan Malioboro terasa begitu hangat bagi wisatawan, entah itu lokal maupun mancanegara.

Bahkan, pengunjung yang tinggal di sekitaran Yogyakarta pun tidak pernah bosan pergi ke jalan ikonik ini.

Saat baru sampai ke kota ini, kebanyakan wisatawan akan tertuju ke jalan ini untuk disinggahi. Suasana sore ke malamnya begitu membuat nyaman.

Baca Juga: 5 Pilihan Destinasi Wisata Jogja yang Bikin Kamu Betah

Bahkan menuju tengah malam, jalan ini tetap ramai dengan pengunjung yang bercengkrama tanpa ingat waktu. Meski begitu, jalanan ini tetap aman.

Malioboro sendiri adalah nama kawasan tiga jalan yang membentang dari Tugu Putih hingga perempatan kantor Pos Besar di kota Jogja.

Jalan Malioboro ini berada di jantung kota Yogyakarta, hal inilah yang makin menjadikannya strategis dan mudah dijangkau wisatawan.

Di sepanjang jalanan malioboro, pengunjung juga dapat membeli macam-macam oleh-oleh untuk dibawa pulang ke daerah asal nantinya. 

Keberadaan Malioboro sering kali dikaitkan dengan tiga tempat sakral di Yogyakarta yaitu Gunung Merapi, Keraton, dan Pantai Selatan.

Baca Juga: Berlibur ke Jogja dengan Budget Pas-Pasan? Kuliner Angkringan Jogja Solusinya!

Dalam bahasa Sansekerta, Malioboro berarti karangan bunga.

Kata Malioboro juga berasal dari kolonial Inggris yang bernama Marlborough yang pernah tinggal disana pada tahun 1811-1816 M.

Jalan Malioboro ini ditata khusus sesuai mata angin, membujur arah utara-selatan dan berpotongan tegak lurus.

Pola tesebut diperkuat sebagai sumbu imaginer antara Pantai Selatan, Keraton Yogyakarta, dan Gunung Merapi.

Malioboro mulai ramai pada era kolonial 1790 saat pemerintah Belanda membangun Benteng Vredeburg pada tahun 1790 di ujung selatan jalan ini.

Baca Juga: Rekomendasi 5 Hutan Pinus Instagramable dan Bikin Nyaman di Jawa Barat

Tahun 1887, jalan Malioboro dibagi menjadi dua dengan didirikannya tempat pemberhentian kereta api yang kini bernama Stasiun Tugu Yogyakarta.

Selain itu, Malioboro ini juga menjadi saksi kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1949, di Yogyakarta pernah terjadi pertempuran hebat antara pejuang Tanah Air dengan pasukan kolonial Belanda atau yang dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret.

Begitu sarat dengan sejarah, Jalan Malioboro ini terlihat begitu sederhana dan sebagai tempat bersantai yang pas untuk menikmati suasana Yogyakarta.

Baca Juga: Krenyos, Kuliner Khas Yogyakarta yang Tak Banyak Orang Tahu Kelezatannya

Sebagaimana artikel ini telah terbit di media jurnalsumsel.com dengan judul "Sejarah Jalan Malioboro, Ikonik Kota Yogyakarta yang Nyaman untuk Disinggahi" yang tayang pada Kamis, 5 November 2020***(Jurnal Sumsel/Shara Amalia)

Editor: Muhammad Tahir

Sumber: Jurnal Sumsel

Tags

Terkini

Terpopuler