Cheng Beng Umat Tionghoa Bangka Belitung, Makna Unik Uang Arwah Pada Sembahyang Kubur Bikin Penasaran

5 April 2023, 13:33 WIB
Sembahyang Kubur Cheng Beng di Bangka Belitung oleh Masyarakat Tionghoa. /Anindira Kintara/Lmo/nz/Antara

Portalbangkabelitung.com- Salah satu tradisi masyarakat Tionghoa Bangka Belitung adalah Cheng Beng atau Qing Ming. Toleransi di Bangka Belitung yang begitu indah membuat Cheng Beng sembahyang kubur masyarakat Tionghoa menjadi destinasi wisata budaya yang unik dan terkenal.

Salah satu keunikan dari wisata budaya  perayaan Cheng Beng atau sembahyang kubur umat Tionghoa Bangka Belitung adalah persembahan uang roh atau uang arwah.

Etnis Tionghoa memberikan penghormatan sembahyang kubur ini kepada leluhur sebagai bentuk pengabdian serta rasa bakti dan terima kasih atas jasa.

Baca Juga: Mengenal Cheng Beng Tradisi Sembahyang Kubur Umat Tionghoa Bangka Belitung, Bagian dari Wisata Budaya Terkenal

Hal yang dilakukan dalam perayaan sembahyang kubur diantaranya adalah membersihkan kuburan, menghias kuburan dan membakar kertas (cua) yang beragam jenisnya.

Hingga dengan berdoa kepada leluhur untuk meminta keselamatan dan penghormatan dalam tradisi Cheng Beng atau Qing Ming.

Setiap makam keluarga dibersihkan dan diperbaiki agar tampak elok telah menjadi kepercayaan bagi masyarakat Tionghoa sebagai bentuk penghormatan.

Baca Juga: Terbaik 3 Wisata Bangka Belitung: Danau Kaolin, Pulau Lengkuas dan Pantai Pulau Batu Berlayar Terpopuler 2023

Setelah dibersihkan akan diletakkan seserahan atau perlengkapan sembahyang yang telah dilakukan secara turun temurun.

Kemudian menuju ke tahap akhir yang mana merupakan tahap yang unik. Dimana dalam tahap ini terdapat barang-barang persembahan yang terbuat dari kertas.

Ini merupakan duplikasi tiruan dari barang barang yang nyata seperti baju, sepatu dan barang-barang kebutuhan hidup lainnya.

Baca Juga: Daftar Hotel Tepi Pantai di Bangka Belitung Terbaik Paling Populer, Keindahan Panorama Bikin Jatuh Cinta

Termasuk yang paling nyentrik dari persembahan adalah mata uang arwah untuk sembahyang Cheng Beng dengan cara dibakar beserta barang duniawi lainnya.

Masyarakat Tionghoa percaya bahwa barang duniawi tersebut nantinya akan digunakan dan bermanfaat oleh para leluhur di akhirat.

Ada pula yang berpendapat itu sebagai hadiah sekaligus modal persiapan penghidupan didunia arwah selama satu tahun sekaligus mengurangi kesengsaraan di akhirat. 

Baca Juga: Cerita Daerah Bangka Belitung: Asal Usul Desa Batu Rusa Merawang, Sejarahnya Jarang Diketahui

Dalam tahap akhir ini, uang tiruan tersebut juga akan dibakar, uang arwah untuk di akhirat yang disebut Kimcua (uang emas) dan Gincua (uang perak).

Uang emas digunakan sebagai persembahan untuk para dewa, sementara uang perak digunakan sebagai persembahan untuk leluhur.

Uang ini merupakan barang wajib yang mana ini dipercaya akan digunakan oleh roh leluhur untuk memenuhi kebutuhannya di akhirat selama setahun, artinya sampai kepada perayaan Cheng Beng berikutnya.

Baca Juga: Asal Usul Hok Lo Pan : Martabak Manis Asli Bangka

Emosi keagamaan tersebut muncul dalam diri mereka karena panggilan jiwa serta perasaaan tulus dari dalam hatinya sebagai bentuk tradisi perayaan Cheng Beng atau Qing Ming untuk penghormatan terhadap leluhur.

Masyarakat Tionghoa biasa mempersembahkan uang arwah atau uang orang mati memiliki makna tersendiri dan kesan khusus.

Jinzhi bukanlah uang yang digunakan oleh manusia di dunia, melainkan lembaran kertas yang melambangkan uang yang pada intinya berbeda dengan aslinya.***

Editor: Suhargo

Tags

Terkini

Terpopuler