Kampung Dukuh, Objek Wisata Budaya, Adat dan Agama

23 Oktober 2020, 11:21 WIB
Ilustrasi rumah di Kampung Dukuh. /Tauhid/IndonesiaKaya

Portalbangkabelitung.com - Kampung Dukuh yang terletak di Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat merupakan sebuah perkampungan adat yang sangat kental dengan ajaran agama Islam.

Seluruh lini kehidupan masyarakat disini sederhana baik dalam segi bangunan rumah adat, pakaian, bahasa, perilaku tingkah pola masyarakatnya yang masih memegang kuat adat dan tradisi leluhurnya.

Terdapat 42 rumah dan sebuah bangunan masjid. Terdiri dari 40 kepala keluarga serta jumlah penduduk 172 orang untuk Kampung Dukuh dalam dan 70 kepala keluarga untuk Kampung Dukuh luar

Baca Juga: Nagari Koto Tinggi: Destinasi Wisata dan Penyelamat dalam Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia

Kata Dukuh berarti calik atau duduk, berasal dari Padukuhan yang merupakan tempat bermukim atau yang baik untuk bermunajat, mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.

Di kampung ini juga tidak ada peralatan elektronik, bahkan saat malam hari datang sebagai salah satu penerangan hanya menggunakan lampu corong.

Sebagaimana diberitakan Jurnaltrip.com dalam artikel sebelumnya, "Kampung Dukuh, Menjungjung Tinggi Adat dan Agama Islam", berikut fakta tentang Kampung Dukuh.

Baca Juga: Mitos Unik Di Bangka Belitung, Sebagian Masih Dipercaya Hingga Saat Ini

Kampung ini berpatokan kepada mazhab Imam Syafi’i serta ajaran Tasawuf Syekh Abdul Jalil yang merupakan ajaran para sufisme atau orang-orang penganut tasawuf.

Berada diantara tiga gunung, Gunung Batu Cupak, Gunung Dukuh, dan Gunung Batu, semua bangunan rumah terbuat dari kayu dan ada larangan untuk tidak menggunakan kaca, tembok, dan genteng.

Perkampungan adat yang berjarak sekitar 1,5 km dari Desa Cijambe atau 120 km dari pusat kota Garut, luas kampungnya 1,5 Ha, yang terdiri tiga wilayah meliputi Kampung Dukuh Dalam, Dukuh Luar serta kawasan khusus Makam Karomah.

Baca Juga: Wisata yang Wajib Dikujungi Saat ke Probolinggo, Simak 4 Wisata Terkece!

Ada satu tempat yang dianggap sakral oleh warga di kampung ini, yakni makam leluhur Kampung Adat Dukuh Dalam Syekh Abdul Jalil. Untuk menuju area makam, pengunjung harus mendaki kaki Gunung Dukuh. Makam Syekh Abdul Jalil tepat berada di dalam hutan tutupan.

Makam ini ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah di Indonesia setiap Hari Sabtu. Sebelum menuju makam, para peziarah diwajibkan untuk mandi dan berwudhu di sebuah jamban yang sudah disediakan.

Pada awalnya kampung ini didirikan oleh Sembah Lebe Warta Kusumah (Syekh Abdul Jalil) dan Syekh Pamijahan Tasik yang bermukim disini untuk menyebarkan agama Islam dan melakukan kholwat ditempat ini oleh petunjuk gurunya Syekh Abdul Qodir al Jailani, namun karena dalam kholwatnya tidak mendapatkan petunjuk akhirnya beliau hijrah setelah ayahnya Sembah Lebe Warta Kusumah (Syekh Abdul Jalil) meninggal dunia dikampung ini.

Baca Juga: Sejarah Yogyakarta: Klenteng Bhudda Prabha atau Klenteng Gondoman Destinasi Wisata Spiritual

Di sini Syekh Pamijahan bermukim selama 1 tahun (1685 - 1686 M), kemudian beliau mengembara ke Tasikmalaya ke daerah Pamijahan dan akhirnya menemukan tempat yang sesuai untuk kholwatnya yaitu di Goa Pamijahan, hingga akhirnya beliau menetap dan menyebarkan agama Islam di sana.

“Dukuh matuh dayeuh maneuh, bunyina carangka eling, Dukuh padumukan matuh katurunan kampung Dukuh, keukeuh pengkuh sarta patuh sadaya piwuruk sepuh”. Petuah itu menegaskan keberadaan kampung Dukuh sebagai satu komunitas yang terdiri atas orang-orang yang konsisten memegang adat istiadat leluhur mereka.***(M Elgana Mubarokah/Jurnaltrip.com)

Editor: Ryannico

Sumber: Jurnaltrip.com

Tags

Terkini

Terpopuler