Rangkuman Bahasa Indonesia Kelas 10 Bab 4 Materi Melestarikan Nilai Kearifan Lokal Melalui Cerita Rakyat

- 26 Januari 2024, 21:03 WIB
Rangkuman Bahasa Indonesia Kelas 10 Semester 2 Bab 4 Materi Melestarikan Nilai Kearifan Lokal Melalui Cerita Rakyat
Rangkuman Bahasa Indonesia Kelas 10 Semester 2 Bab 4 Materi Melestarikan Nilai Kearifan Lokal Melalui Cerita Rakyat /

PORTAL BANGKA BELITUNG- Yuk simak rangkuman mapel Bahasa Indonesia kelas 10 semester 2 Bab 4 yang mempelajari melestarikan nilai kearifan lokal melalui cerita rakyat.

Artikel ini memberikan rekomendasi rangkuman mapel Bahasa Indonesia kelas 10 Bab 4 melestarikan nilai kearifan lokal melalui cerita rakyat yang tentunya menarik untuk belajar.

Selain itu peserta didik dapat menjadikan rangkuman Bahasa Indonesia pada Bab 4 ini yang mempelajari melestarikan nilai kearifan lokal melalui cerita rakyat sebagai referensi untuk belajar.

Baca Juga: Simak Rangkuman Bahasa Indonesia Kelas 7 Bab 8 Materi Tentang Pembaca Efektif, Berikut Uraiannya

Nah untuk informasi lebih lanjut simak rangkuman mapel Bahasa Indonesia kelas 10 semester 2 Bab 4 yang mempelajari tentang melestarikan nilai kearifan lokal melalui cerita rakyat.

Sebelum itu ketahui terlebih dahulu poin penting pada rangkuman Bahasa Indonesia ini melalui materi melestarikan nilai kearifan lokal melalui cerita rakyat.

Berikut rangkuman mapel Bahasa Indonesia kelas 10 semester 2 Bab 4 melestarikan nilai kearifan lokal melalui cerita rakyat, semoga bermanfaat.

Baca Juga: Pelajari Rangkuman PAI Kelas 8 Bab 15 Materi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam pada Dinasti Abbasiyah

Cerita rakyat mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai moral yang baik untuk siswa sehingga dapat dimanfaatkan sebagai media pendidikan karakter. Salah satu ciri hikayat adalah kemustahilan dalam teks, baik dari segi bahasa maupun dari segi cerita. Kemustahilan berarti hal tidak logis atau tidak bisa dinalar yang terjadi. 

Salah satu ciri cerita rakyat, termasuk hikayat, adalah anonim. Anonim berarti tidak diketahui secara jelas nama pencerita atau pengarang. Hal tersebut disebabkan cerita disampaikan secara lisan. Bahkan, dahulu masyarakat mempercayai bahwa cerita yang disampaikan adalah nyata dan tidak ada yang sengaja mengarang.

Halaman:

Editor: Dea Megaputri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah