Penelitian, Akibat Pola Hidup Begadang Remaja Sering Terserang Asma dan Alergi

- 18 Oktober 2020, 16:05 WIB
 Ilustrasi */Pexels/
Ilustrasi */Pexels/ /Andrea Piacquadio

Portalbangkabelitung.com- Asma sangat terkait dengan waktu tidur internal tubuh, tetapi ini adalah studi pertama yang melihat preferensi tidur individu memengaruhi risiko asma pada remaja.

Melansir dari Science Daily, Penelitian dipimpin oleh Dr. Subhabrata Moitra dari divisi kedokteran paru di Universitas Alberta, Kanada, melakukan penelitian saat di Institut Barcelona untuk Kesehatan Global, Spanyol.

Para peneliti mengatakan penelitian tersebut memperkuat pentingnya waktu tidur bagi remaja dan membuka saluran baru penelitian tentang tidur mempengaruhi kesehatan pernapasan remaja.

Baca Juga: UU Cipta Kerja: Demi Transformasi Ekonomi Visi 'Indonesia Maju', Jokowi Tak Takut Risiko

Sebagaimana diberitakan Jurnal Garut pada 18 Oktober 2020 dengan judul “Percaya? Menurut Penelitan Asma dan Alergi Lebih Sering Terjadi Pada Remaja Yang Begadang, Begini..”.

Disampaikan lebih lanjut jika Asma dan penyakit alergi umum terjadi pada anak-anak dan remaja di seluruh dunia dan prevalensinya meningkat.

Beberapa alasan peningkatan ini, seperti paparan polusi dan asap tembakau, tetapi kami masih perlu mencari tahu lebih lanjut.

Baca Juga: Pengesahan UU Cipta Kerja, Moeldoko: Presiden Jokowi Berani Ambil Resiko Demi Indonesia Maju

Dijelaskan jika tidur dan melatonin diketahui mempengaruhi asma, jadi kami ingin melihat apakah preferensi remaja untuk begadang atau tidur lebih awal dapat terlibat dalam risiko asma mereka.

Studi ini melibatkan 1.684 remaja yang tinggal di West Bengal, India.

Dengan rentang usia 13 atau 14 tahun, yang mengambil bagian dalam studi Prevalensi dan Faktor Risiko Asma dan Penyakit Terkait Alergi di antara Remaja.

Baca Juga: TWICE Jeongyeon Ketinggalan Promosi Album Baru Karena Masalah Kecemasan

Setiap peserta ditanyai tentang mengi, asma, atau gejala rinitis alergi, seperti pilek dan bersin.

Mereka diberi serangkaian pertanyaan untuk menilai apakah mereka 'tipe malam', 'tipe pagi' atau di antaranya, seperti jam berapa mereka cenderung merasa lelah, kapan mereka akan memilih untuk bangun, dan bagaimana lelah mereka merasakan hal pertama di pagi hari.

Peneliti membandingkan gejala remaja dengan preferensi tidur mereka, dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang diketahui mempengaruhi asma dan alergi.

Baca Juga: Sama-sama Mencetak Gol dfi Laga Derby, Mohamed Salah Buntuti Calvert-Lewin dalam Daftar Top Skor

Seperti tempat tinggal para partisipan dan apakah anggota keluarga mereka merokok.

Mereka menemukan bahwa kemungkinan menderita asma sekitar tiga kali lebih tinggi pada remaja yang lebih memilih untuk tidur lebih lama dibandingkan dengan mereka yang lebih suka tidur lebih awal.

Mereka juga menemukan risiko menderita rinitis alergi dua kali lebih tinggi pada orang yang tidur larut malam dibandingkan dengan orang yang tidur lebih awal.

Baca Juga: Girl Group K-Pop Refund Sisters Merilis 'Don't Touch Me'

Dr Moitra menambahkan, Hasilnya menunjukkan ada hubungan antara waktu tidur yang disukai, dan asma dan alergi pada remaja.

Kami tidak dapat memastikan bahwa begadang menyebabkan asma, tetapi kami tahu bahwa hormon tidur melatonin sering tidak sinkron.

Pada orang yang tidur larut malam dan yang pada gilirannya dapat memengaruhi respons alergi remaja.

Baca Juga: Akibat Tidak Ditemui Presiden Jokowi, BEM SI Kembali Unjuk Rasa pada 20 Oktober

Disampaikan juga jika bahwa anak-anak dan remaja semakin terpapar cahaya dari ponsel, tablet, dan perangkat lain, dan begadang di malam hari.

Bisa jadi itu mendorong remaja untuk meletakkan perangkat mereka dan tidur lebih awal.

Akan membantu mengurangi risiko asma dan alergi. Itu adalah sesuatu yang perlu kita pelajari lebih lanjut.

Baca Juga: UU Cipta Kerja: Demi Transformasi Ekonomi Visi 'Indonesia Maju', Jokowi Tak Takut Risiko

Fase kedua dari studi PERFORMANCE dijadwalkan pada tahun 2028-29, yang berarti studi ini dapat diulang dengan kelompok remaja baru untuk melihat apakah ada perubahan pada kebiasaan tidur remaja dan kesehatan pernapasan mereka.

Dr Moitra dan timnya juga berharap untuk mengukur temuan mereka dengan melakukan pengukuran objektif dari fungsi paru-paru dan waktu tidur peserta.***( Rifki Alanudin/Jurnal Garut)

Editor: Suhargo

Sumber: Jurnal Garut


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x