Kekerasan di wilayah tersebut merupakan bagian dari krisis keamanan yang lebih luas di seluruh wilayah Sahel Afrika Barat dilancarkan oleh kelompok-kelompok militan yang memiliki kaitan dengan Al Qaida serta oleh kelompok milisi etnis.
Pekan lalu, sekelompok orang bersenjata membunuh setidaknya 58 warga sipil di Tillabery ketika mencegat iring-iringan warga yang tengah kembali dari pasar mingguan. Kelompok bersenjata itu juga menyerang sebuah desa di dekat lokasi tersebut.
Orang-orang yang dicurigai sebagai militan menewaskan setidaknya 100 warga sipil pada 2 Januari lalu dalam serangan di dua desa di Tillabery.
Kejadian tersebut merupakan salah satu serangan yang paling banyak memakan korban jiwa dalam sejarah Niger baru-baru ini.
Bahkan pada akhir Februari 2021, tujuh petugas tempat pemungutan suara (TPS) pemilihan Presiden Niger tewas ketika kendaraan mereka menggilas sebuah ranjau darat.
Baca Juga: Sungai yang Kotor Berubah Menjadi Bening dan Manis, Berikut Alasannya
Tragedi tersebut membuat kelabu di hari pemungutan suara yang digelar untuk mewujudkan transisi kekuasaan secara demokratis pertama di Republik Niger.
Secara berkala, Negara Afrika Barat mengalami serangan dari para penganut garis keras keagamaan bahkan telah meningkatkan keamanan untuk melindungi proses pemungutan suara.
Pilpres pada Februari 2021, kandidat partai yang berkuasa Mohamed Bazoum bersaing dengan mantan Presiden Mahamane Ousmane.