Dari Sekuntum Bunga di Kashmir Muncullah Rempah-Rempah yang Berharga

- 15 November 2020, 16:57 WIB
Ilustrasi Saffron.
Ilustrasi Saffron. /Pixabay/Xtendo

Portalbangkabelitung.com - Dikelilingi oleh pegunungan rendah dan tersebar di hamparan luas ladang kecil dan subur, lautan bunga ungu terbuka di Kashmir Himalaya untuk menghasilkan salah satu rempah-rempah paling berharga di dunia, Saffron.

Pada akhir musim gugur, keluarga di wilayah mayoritas Muslim berpacu dengan waktu untuk memanen bunga crocus saffron, yang mekar hanya dua minggu dalam setahun. Pria, wanita, dan anak-anak membungkuk saat mereka dengan susah payah memetik bunga-bunga halus dan meletakkannya di keranjang anyaman.

Mereka selanjutnya memisahkan kelopak ungu dengan tangan, dan dari setiap bunga muncul tiga putik kecil dan halus yang kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari, menjadi salah satu rempah-rempah yang paling mahal dan dicari.

Baca Juga: Vietnam Alami Kerusakan Dampak Badai Vamco

Dilansir dari Channel News Asia, di seluruh dunia, saffron digunakan dalam berbagai produk mulai dari makanan hingga obat-obatan dan kosmetik. Satu kilogram membutuhkan sekitar 150.000 stigma bunga dan dapat dengan mudah dijual seharga US$3.000 atau sekitar Rp42.510.000 dengan kurs Rp14.170.

Di Kashmir, rempah-rempah adalah sumber kebanggaan dan telah menggerakkan ekonomi dan budaya daerah tersebut selama berabad-abad. Namun selama bertahun-tahun, penanamannya menghadapi masalah karena perubahan iklim, fasilitas irigasi yang buruk, dan impor saffron Iran yang lebih murah.

Perselisihan di wilayah tersebut juga memengaruhi produksi dan ekspornya. Selama beberapa dekade, gerakan separatis telah melawan pemerintahan India di Kashmir, yang terbagi antara India dan Pakistan dan diklaim oleh keduanya. Puluhan ribu warga sipil, pemberontak dan pasukan pemerintah tewas dalam konflik tersebut.

Baca Juga: Bangunan di Kamp Pengungsi Yunani Alami Kebakaran Hebat

Untuk meningkatkan penanaman dan ekspor safron, pihak berwenang di Kashmir telah mendirikan taman rempah berteknologi tinggi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Tetapi sangat sedikit petani yang menganggap teknologi terbaru menguntungkan dan sebagian besar masih menggunakan teknik berusia seabad untuk memetik dan mengeringkan saffron.

Halaman:

Editor: Ryannico

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x