Pangkalpinang Bukan Kota Beribu Senyuman

- 8 Maret 2021, 12:30 WIB
Ramsyah Al Akhab (Peradaban dan Kajian Strategis HMI Cabang Bangka Belitung Raya)
Ramsyah Al Akhab (Peradaban dan Kajian Strategis HMI Cabang Bangka Belitung Raya) /Seldi Herdiansyah/Portal Bangka Belitung

PortalBangkaBelitung- Kemajuan sebuah kota tentu mudah dilihat melalui pembangunan secara fisik. Baik itu jalan, arsitektur, tata kota, penanganan sampah, fasilitas umum dan lain sebagainya. Sama halnya dengan kota Pangkalpinang, ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang beberapa tahun terakhir sangat masif untuk pembangunan kotanya.

Pengembangan taman kota, fasilitas umum dan bahkan sampai tugu-tugu sebagai ikon Pangkalpinang terus dibangun. Di sisi lain, kebijakan yang dikeluarkan oleh wali kota Pangkalpinang tergolong visioner (mendobrak pakem) dan banyak didukung oleh masyarakat.

Dengan hal ini Tak heran bila Kota Pangkalpinang disematkan sebagai "Kota Beribu Senyuman". Sayangnya, bila kita sedikit menajamkan mata, beralih dari euforia fisik kota Pangkalpinang, kita dapat melihat mulai tumbuhnya kepincangan sosial masyarakat Pangkalpinang. 

Baca Juga: Terima Penghargaan IFPI Global Recording Artist of the Year Award,BTS Semakin Mendunia

Pembangunan sebuah kota bukan hanya dari segi fisik bangunan tetapi juga persoalan membangun sosial masyarakat yang baik di perkotaan. Umumnya, pembangunan kedua hal itu tidak berbanding lurus. Sehingga banyak kota-kota besar mengalami ketimpangan sosial.

Polemik semacam ini tentu sering terjadi dalam pembangunan kota-kota di Indonesia. Sama halnya dengan yang sedang dihadapi Kota Beribu Senyuman. Saat sibuk memperbanyak fasilitas dan meningkatkan pembangunan, seringkali terlupakan untuk membangun sosial masyarakat. Sehingga mulai tumbuh ketimpangan sosial dalam kehidupan masyarakat perkotaan Pangkalpinang. Dalam tulisan singkat ini, saya mencoba memaparkan Kondisi sosial Pangkalpinang yang terlihat jelas melalui pengamatan saya di jalanan Kota Pangkalpinang. 

Saat ini, saat saya melintasi lampu-lampu merah Kota Pangkalpinang, banyak anak-anak bertaburan menawarkan jualannya. Makanan, koran, suvenir, masker dan lain sebagainya. Pernah beberapa kali saya berkomunikasi dengan anak-anak itu secara acak dan diberbagai persimpangan lampu merah Kota Pangkalpinang.

Baca Juga: Pemerintah Menerapkan Insentif PPnBM,Pemulihan Ekonomi di Bidang Otomotif Mulai Meningkat

Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dalam usia sekolah dasar dan sebagain besar masih sekolah. Saat saya tanya tentang kenapa berjualan? Jawabannya sederhana: buat jajan, buat kuota dan buat sekolah. Dengan sengaja mereka mau dipekerjakan untuk menjual barang dagangan orang lain untuk mendapat upah tertentu sesuai hasil jualan. 

Halaman:

Editor: Suhargo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah