KH Nasaruddin Umar Mengatakan Masjid Istiqlal akan Mengutamakan Bertumbuhnya Ulama Perempuan

23 Februari 2021, 12:06 WIB
Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar. /Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag /Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar. /Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag

PortalBangkaBelitung.com - Saat ini KH Nasaruddin Umar Masjid Istiqlal membuka Pengkaderan Ulama perempuan. Melalui ini di harapkan islam adanya perluasan perspektif 

Ulama perempuan akan mengkaji Al Quran dan Hadits dalam sudut pandang kesetaraan gender.

KH Nasaruddin Umar mengatakan Masjid Istiqlal sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara akan mengutamakan bertumbuhnya ulama perempuan.

Baca Juga: Timnas Indonesia : Shin Tae-young Perketat Latihan Persiapan SEA Games 2021, Beberapa Alami Cedera

Sebagaimana Artikel ini Telah Tayang di Media Pikiran Rakyat Depok.com dengan Judul "Pertama di Dunia, Istiqlal Kaderisasi Ulama Perempuan yang Kaji Alquran dalam Perspektif Kesetaraan Gender" yang Tayang Pada Selasa 23 Februari 2021

"Kita buka pengkaderan ulama perempuan. Mungkin ini pertama di dunia. Ulama perempuan akan mengkaji Al Quran dan Hadits dalam perspektif kesetaraan gender," kata Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar 

 
Hal tersebut disampaikan Nasaruddin dalam sambutannya pada malam peringatan Milad Masjid Istiqlal pada Senin, 22 Februari 2021.

Baca Juga: 7 Fobia yang Jarang Dialami Seseorang, Salah Satunya Ombrophobia

Kemudian, Nasaruddin juga mengatakan bahwa umat Islam saat ini sedang menunggu semakin tumbuhnya kajian gender dari perspektif ulama perempuan melalui pendekatan Alquran dan hadist.

Saat ini, kata dia, kajian gender melalui pendekatan Islam biasanya lebih banyak dilakukan oleh kalangan laki-laki.


Dengan begitu, perspektif kajian pun cenderung bersifat sudut pandang maskulin.

Baca Juga: Pahami Kebutuhan dan Jenis Kulitmu! Eksfoliasi Kulitmu dengan Kandungan AHA dan BHA

Menurut Nasaruddin, perlu ada perluasan perspektif dari perempuan melalui pendekatan Alquran dan hadist sehingga menjadi proporsional.

"Dan nanti kita lihat hasilnya jika perempuan mengkaji Alquran dan Hadist, saat ini yang dominan menjadi pemimpin umat, ulama, penulis, kapasitasnya adalah laki-laki," tuturnya.

Nasaruddin menambahkan, laki-laki dan perempuan merupakan khalifah di muka bumi.

Baca Juga: Link Live Streaming Leeds United vs Southampton Beserta Prediksi Susunan Pemain

Oleh sebab itu, harus memiliki kesempatan yang setara dalam pengelolaan alam semesta.
"Tidak boleh pengelolaan menjadi over maskulin, tidak boleh over feminin. Keseimbangan maskulin dan feminin sangat kita perlukan," ucap dia.

Pada kesempatan itu, Nasaruddin juga membahas soal estafet keilmuan ulama besar Indonesia melalui Majelis Mudzakarah Masjid Istiqlal (M3I).

"Sudah saatnya kita ada 'takhassus' pengaderan ulama agar ada ulama dengan kapasitas seperti para pendahulu," ujarnya.

Baca Juga: Keren! Tim Peneliti FIK Universitas Indonesia Kembangkan Virtual Laboratorium Di Masa Pandemi


Mantan Wakil Menteri Agama itu menerangkan sejumlah ulama Indonesia dengan kapasitas keilmuan yang tinggi telah banyak yang wafat.

Sementara itu, estafet dan regenerasi keilmuan mereka belum berlanjut, bahkan cenderung terancam terputus.Untuk itu, lanjut dia, Masjid Istiqlal tidak ingin estafet keilmuan para ulama berhenti tanpa ada pengganti.

Dengan demikian, Majelis Mudzakarah yang dipimpin K H Quraish Shihab itu hadir sebagai upaya meregenerasi ulama dengan mempertahankan tingkat keilmuan sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Baca Juga: 5 Tips Perlindungan Arsip Keluarga dari Bencana. ANRI: Sediakan Disk Penyimpanan Arsip

Lebih lanjut, Nasaruddin mengatakan bahwa Quraish Shihab bersama 20 tokoh lainnya akan mengupayakan regenerasi ulama berkaliber dengan keilmuan tinggi serta sesuai dengan tuntutan zaman.


Kegiatan tersebut, kata dia, akan menggandeng Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) sehingga majelis tersebut bisa memiliki jaminan akreditasi akademik setingkat magister (S-2) dan doktor (S-3).

"Hal ini didasari ulama senior yang berwibawa satu per satu meninggalkan kita. Sementara itu, pergantiannya sangat lamban. Di beberapa tempat kita ditinggalkan ulama berkaliber itu," tuturnya.***(Pikiran Rakyat Depok.com/Sitiana Nurhasanah)

Editor: Muhammad Tahir

Sumber: Pikiran Rakyat Depok

Tags

Terkini

Terpopuler