Selanjutnya Upacara Perang Ketupat dilakukan di Pantai Pasir Kuning diawali dengan menampilkan Tari Serimbang.
Upacara Perang Ketupat itu kemudian diakhiri dengan Upacara Nganyot Peraeu (Upacara menghanyutkan perahu mainan dari kayu ke laut) sebagai tanda mengantar para makhluk halus pulang agar tidak mengganggu masyarakat Tempilang.
Sejarah dan Asal Mula Perang Ketupat
Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, asal mula perang ketupat dimulai dari pada zaman nenek moyang banyak gadis di wilayah Tempilang hilang diambil oleh siluman buaya.
Masyarakat Tempilang pada saat itu sangat takut untuk keluar rumah.
Para dukun di daerah tersebut berinisiatif untuk melakukan ritual pada minggu ketiga di bulan Sya’ban.
Ritual tersebutlah yang hingga kini masih dilestarikan dengan sebutan perang ketupat.
Hal tersebut bertujuan untuk memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk melindungi daerah mereka dari marabahaya dan hal – hal yang tidak diinginkan.