Rayakan Hari Pasukan Bersenjata Setelah Menewaskan Banyak Warga, Jenderal Myanmar Dikritik

- 27 Maret 2021, 17:00 WIB
Unjuk rasa di Myanmar pasca kudeta mIliter meluas dan menyebabkan kekerasan yang mencekam.
Unjuk rasa di Myanmar pasca kudeta mIliter meluas dan menyebabkan kekerasan yang mencekam. /Foto: REUTERS/Stringer/

Portalbangkabelitung.com - Situasi di Myanmar semakin mencekam, dinamika perpolitikan di negara tersebut belum juga usai.

Aksi demonstrasi terus dilakukan, aksi demonstrasi yang terus berlangsung sudah memakan ratusan korban.

Aksi demonstrasi yang diwarnai kekerasan terus berlanjut, menyusul kudeta militer Myanmar pada 1 Februari lalu.

Baca Juga: Sempat Dihentikan, AS Akan Mengaktifkan Kembali Bantuan Kepada Palestina

Pasukan keamanan Myanmar makin kejam dalam menghadapi para demonstran. Berdasarkan laporan berita dan saksi, setidaknya sebanyak 16 demonstran terkena tembakan dan tewas pada Sabtu, 27 Maret 2021.

Para pengunjuk rasa terhadap kudeta Myanmar 1 Februari 2021 tersebut kembali pecah dan turun ke sejumlah jalan di Kota Yangon, Mandalay, dan lainnya pada Sabtu, 27 Maret 2021.

Mereka menentang peringatan junta yang mengatakan bahwa para demonstran bisa ditembak di kepala dan di belakang, ketika para Jenderal merayakan hari angkatan bersenjata.

Baca Juga: UE Berencana Melakukan Pelarangan Ekspor Vaksin AstraZeneca, Presiden Prancis Beri Dukungan

Seorang juru bicara CPRH, kelompok antijunta yang didirikan oleh para anggota parlemen yang telah dilengserkan, Dr. Sasa pun angkat bicara terkait peristiwa tersebut.

“Hari ini merupakan hari yang memalukan bagi angkatan bersenjata,” ucapnya, dikutip Portalbangkabelitung.com dari Pikiran-Rakyat.com, Sabtu, 27 Maret 2021.

Halaman:

Editor: Suhargo

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x