PORTAL BANGKA BELITUNG - Kejaksaan Agung (Kejagung) Republik Indonesia (RI) melakukan proses penyelidikan hingga penangkapan terhadap beberapa oknum yang terlibat dalam kecurangan tata niaga timah di Bangka Belitung, khususnya PT Timah Tbk.
Proses penyelidikan dan penangkapan atas kasus korupsi di BUMN PT Timah Tbk hingga beberapa para cukong dan pemain bisnis pasir timah di Bangka Belitung ternyata berdampak besar.
Kondisi penambangan dan tambang timah di Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung semakin memperihatikan usai adanya hal tersebut.
Baca Juga: Cek Sosok 4 Tersangka Dugaan Korupsi Maling Uang Rakyat DPRD Babel
Diketahui hingga saat ini harga timah anjlok di tengah masyarakat penambang, jatuh tak karuan dan mengalami penurunan drastis.
Adapun salah dampak besar yang muncul yaitu banyak bos bos (cukong) ataupun kolektor timah dan para pelaku tambang timah menghentikan sementara dalam menjalankan operasinya, terutama dalam proses tata niaga timah.
Hingga saat ini diketahui sebagian masyarakat Toboali, Bangka Selatan yang bermata pencarian sebagai penambang kecil khawatir "tidak makan".
Hal itu tentunya lantaran harga timah yang menurun dan aktivitas mata pencaharian yang juga semakin sulit, terutama dalam melakukan aktivitas penambangan dan tambang timah.
"Kalau seperti ini terus pastinya tidak makan, sedangkan harga bahan pokok melambung tinggi. Bagaimana nasib kami yang hanya bergantung hidup dari melimbang (menambang timah) dan "nungau" (usaha tambang menggunakan mesin robin kecil)," ujar penambang kecil, Hamid warga Toboali, Minggu, 7 Januari 2023 sebagaimana dilansir dari (InfoBangka.Id) Bangka Selatan Pikiran Rakyat Media Network.
Hamid menuturkan jika setiap hari dirinya hanya menghasilkan 2 kilogram pasir timah dengan waktu mengais pasir dari pagi hingga petang hari.
Baca Juga: KULONG BIRU, Destinasi Wisata Hits Bekas Galian Tambang Timah di Bangka Belitung
Namun mirisnya, hasil timah yang dijual justru tidak laku dengan harga baik. Bahkan ada yang membeli hanya dengan dihargai Rp40 ribu rupiah perkilogram.
Hamid pun mencurahkan perasaanya sebagai rakyat kecil yang serba salah sehingga akhirnya memilih menjadi penambang dan kerja di tambang timah sebagai langkah terakhir.
"Serba salah mau kerja bidang lain selain menambang tidak diterima, kerja serabutan lainnya juga tidak ada peluang makanya lari ke nambang lah karena hanya ini langkah terakhir bertahan hidup," ungkap Hamid.
Baca Juga: Info Harga Timah per Kg di Wilayah Bangka, Simak Informasi Ada Perubahan atau Tidak!
Dirinya juga berkeluh kesah tentang kondisi saat ini, menurutnya jika situasi dan kondisi terus seperti ini dan tidak ada peran pemerintah hingga upaya dari pihak terkait dalam penyelamatan perekonomian. Maka menurutnya dapat dipastikan memicu meningkatnya angka kriminalitas di Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Diungkapkan Hamid, jika bisa jadi bakal ada banyak tindak pencurian (maling) karena biaya hidup makin tinggi di daerahnya.
"Harga sembako selangit harganya, ujung-ujung masyarakat bakal pikir pendek dengan melakukan hal yang tidak diinginkan demi menafkahi keluarga," tutup Hamid sebagaimana dilansir dari Artikel tanggal 7 Januari 2023 berjudul: Imbas Kejagung Ungkap Kasus Lama, Rakyat Khawatir 'Tidak Makan'.***