Terjebak Baku Tembak Aparat dan Demonstran, Seorang Remaja 16 Tahun Kritis Terkena Tembakan

- 18 Maret 2021, 12:16 WIB
Seorang petugas polisi anti huru hara menembakkan peluru karet ke arah pengunjuk rasa selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, 28 Februari 2021.
Seorang petugas polisi anti huru hara menembakkan peluru karet ke arah pengunjuk rasa selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, 28 Februari 2021. /Reuters/

Portalbangkabelitung.com - Situasi di Myanmar semakin hari semakin memanas, para demonstran tak henti-hentinya melakukan aksi unjuk rasa.

Militer Myanmar pun makin kejam dalam menghadapi para demonstran, banyak orang yang terluka dan tewas dalam aksi unjuk rasa tersebut.

Pada Rabu, 17 Maret 2021, seorang remaja terlibat baku tembak antara aparat keamanan Myanmar dan demonstran.

Baca Juga: Penembakan di Area Spa di Atlanta Karena Pelaku Kecanduan Seks

Seorang remaja perempuan dengan nama samaran Ngwe Oo, terkena tembakan peluru karet dan dinyatakan kritis.

Dilansir Portalbangkabelitung.com dari PORTAL JEMBER, Ngwe Oo sedang dalam perjalanan ke pasar di Wundwin, wilayah Mandalay tengah, ketika peluru karet menghantamnya pada Selasa.

"Dia (Ngwe Oo) akan membeli sayuran, tapi kemudian pasukan keamanan menembaknya dari kejauhan," kata seorang dokter kepada AFP, dikutip PORTAL JEMBER dari Channel News Asia.

Baca Juga: Studi: Orang Berusia di Atas 65 Tahun Kemungkinan Terlindung dari Covid-19 Hanya 47 Persen

"Dia bahkan tidak ikut protes." imbuhnya.

Ngwe Oo kemudian dilarikan ke rumah sakit dengan menempuh enam jam perjalanan berisiko akibat ada kendala sistem perawatan kesehatan setempat, jam malam yang diberlakukan junta, dan kurangnya rasa percaya pada layanan yang selaras dengan militer.

Ngwe Oo mulanya dibawa ke klinik yang dikelola badan amal. Namun, luka di kepala Ngwe Oo terlalu parah sehingga klinik hanya bisa memberi penanganan seadaanya.

Baca Juga: Tokoh Syiah India: 26 Ayat dalam Al-Quran Merupakan Tambahan dari Para Khalifah dan Berisi Kekerasan

Orang tua Ngwe Oo kemudian pergi ke rumah sakit kota, di mana staf mengatakan pihaknya tidak memiliki kemampuan untuk merawat Ngwe Oo dan merujuk ke rumah sakit militer terdekat di Pyin Oo Lwin, sekitar tiga jam perjalanan.

Dokter La Min, bukan nama sebenarnya, mengatakan kepada AFP bahwa orang tua gadis itu putus asa.

Junta berulang kali mengatakan rumah sakit yang dikelola militer adalah pilihan bagi warga sipil, tetapi orang tua Ngwe Oo takut dengan layanan yang didukung tentara.

Baca Juga: Situasi di Myanmar Tak Kunjung Reda, Demonstran Gunakan Tato sebagai Bentuk Perlawanan

Sebaliknya, orang tua Ngwe Oo ingin mengemudi ke arah yang berlawanan dengan Meiktila, di mana rumah sakit umum memiliki peralatan dan staf yang dibutuhkan untuk merawat Ngwe Oo.

Saat itu sudah lewat jam 8 malam, junta memberlakukan jam malam dan siapa pun yang ditemukan di luar rumah berpotensi ditangkap.

Sistem perawatan kesehatan Myanmar merupakan salah satu yang terlemah di Asia Tenggara, bahkan semakin berantakan sejak kudeta.

Baca Juga: Dikenal Negara Perfeksionis, Jepang Potong Gaji Karyawannya yang Pulang 2 Menit Lebih Awal

"Keluarga itu tidak tahu ke mana harus pergi. Mereka bolak-balik di jalan antara arah Pyin Oo Lwin dan Meiktila," kata La Min.

Pada akhirnya, keluarga itu tidak punya pilihan selain pergi ke rumah sakit militer, di mana slip rujukan mengarahkan ke tempat tersebut.

Dokter mengantar keluarga itu ke rumah sakit militer. Dokter menambahkan bahwa Ngwe Oo sadar sepanjang waktu meski mengalami luka berdarah di kepalanya.

Baca Juga: Perkuat Pertahanan di Laut Natuna Utara, Taiwan Jalani Kerjasama dengan AS

Sesampainya di rumah sakit militer pada pukul 11 malam, remaja berusia 16 tahun itu menjalani CT scan, yang menunjukkan bagian tengkorak yang patah telah masuk ke otak di sisi kanan.

"Dia (Ngwe Oo) akan tewas jika tidak dioperasi, tetapi bahkan dengan itu, hanya ada peluang bertahan hidup 50 persen," kata La Min.

La Min mengungkapkan keputusasaan tentang banyaknya korban tewas sejak awal Februari. Konon menurut kelompok pemantau lokal kini lebih dari 200 korban.

"Saya hanya ingin mendesak mereka (aparat keamanan), tolong jangan tembak orang-orang lagi," kata La Min.

Dua puluh empat jam setelah tiba di rumah sakit, nasib Ngwe Oo masih belum jelas. Dokter memberi tahu keluarga bahwa Ngwe Oo kehilangan banyak darah setelah operasi.

Sebagaimana artikel ini telah terbit di media Portal-jember.com dengan judul "Remaja di Myanmar Kritis setelah Terjebak Baku Tembak Antara Aparat dan Demonstran yang Menolak Kudeta" yang tayang pada 18 Maret 2021***(Portal Jember/Selly Kurniawan)

Editor: Suhargo

Sumber: Portal Jember


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah