Portalbangkabelitung.com - Pandemi Covid-19 yang pertama kali muncul di China setahun yang lalu sampai saat ini masih terus menjangkit banyak orang.
Pandemi ini telah memberikan dampak negatif terhadap banyak aspek kehidupan.
Banyak cara yang dilakukan untuk menekan angka penularan Covid-19, salah satunya adalah dengan vaksinisasi.
Saat ini vaksin AstraZeneca tengah menjadi pembicaraan di seluruh dunia karena efek samping yang dimiliki.
Pasalnya, sebuah laporan menyebutkan adanya efek samping yang serius pascavaksinasi Covid-19 AstraZeneca berupa penggumpalan darah.
Berdasarkan laporan terbaru yang dikutip oleh Portalbangkabelitung.com dari Pikiran-Rakyat.com, AS dilaporkan telah menghentikan produksi vaksin AstraZeneca di fasilitas Emergent BioSolutions di Baltimore.
Baca Juga: Langkah Antisipasi Penularan Virus Korona, Masjidil Haram Akan Dibersihkan 10 Kali Sehari
Kebijakan itu keluar setelah insiden rusaknya 15 juta dosis vaksin Johnson&Johnson (J&J).
Pekerja pabrik dilaporkan tidak sengaja menggabungkan bahan vaksin milik Johnson&Johnson dan AstraZeneca yang diproduksi di fasilitas Emergent BioSolutions.
Pemerintah AS menetapkan J&J bertanggung jawab atas kejadian itu.
J&J menyatakan siap bertanggung jawab dan akan memberikan 100 juta dosis kepada pemerintah AS pada akhir Mei.
J&J juga mengatakan vaksin yang rusak belum masuk ke tahap penyelesaian.
Sedangkan AstraZeneca yang vaksinnya belum disetujui di AS, mengatakan akan bekerja sama dengan pemerintahan AS untuk menemukan lokasi alternatif memproduksi vaksin.
Baca Juga: Main Saham dan Rugi Ratusan Juta, Seorang Pria Terjun ke Tungku Api
Insiden itu dinilai semakin menghambat upaya AstraZeneca menjual vaksin di AS.
Sebelumnya, pemerintah AS mengkritik AstraZeneca karena menggunakan data usang dalam hasil uji coba vaksinnya sebelum akhirnya merevisi studinya.
Langkah pemerintah AS menjadikan Baltimore hanya bertugas membuat vaksin J&J guna menghindari insiden serupa terulang kembali.
Dokter penyakit menular terkemuka AS mengatakan bahwa negeri paman sam itu mungkin tidak memerlukan vaksin AstraZeneca meskipun telah mendapat persetujuan.
AS diketahui memiliki kesepakatan mengirim ke Meksiko dan Kanada sekitar 4 juta dosis vaksin AstraZeneca yang dibuat di fasilitasnya di AS.
Sementara itu dikutip dari New York Times, vakisn J&J dan AstraZeneca menggunakan teknologi yang sama dengan menggunakan versi virus yang tidak berbahaya, dikenal sebagai vektor yang ditularkan ke dalam sel untuk membuat protein yang kemudian merangsang sistem kekebalan untuk memproduksi antibodi.
Namun, vektor pada vaksin J&J dan AstraZeneca secara biologis berbeda dan tidak dapat ditukar satu sama lain.
Sebagaimana artikel ini telah terbit di media Pikiran-Rakyat.com dengan judul "AS Hentikan Produksi Vaksin Covid-19 AstraZeneca" yang tayang pada 5 April 2021***(Pikiran Rakyat/Billy Mulya Putra)