Portalbangkabelitung.com - Presiden Prancis Emmanuel Macron menuduh Rusia dan Turki menyebarkan sentimen anti-Prancis di Afrika dengan mendanai orang-orang yang memicu kebencian terhadap Prancis di media.
“Kita tidak boleh naif dalam hal ini: banyak dari mereka yang berbicara, yang membuat video, yang hadir di media berbahasa Prancis didanai oleh Rusia atau Turki,” kata Macron pada hari Jumat dalam sebuah wawancara dengan majalah Jeune Afrique yang dilansir dari Aljazeera, Sambil menuduh Moskow dan Ankara mencoba 'bermain-main dengan kebencian pasca-kolonial'.
Dia juga mengatakan Turki berkontribusi pada kesalahpahaman atas pembelaannya atas hak menggambar karikatur Nabi Muhammad.
Baca Juga: 23 Roket Menghantam Ibu Kota Afghanistan, 8 Warga Sipil Tewas
Komentar tersebut merujuk pada pembunuhan brutal bulan lalu terhadap seorang guru Prancis yang dipenggal kepalanya di siang bolong setelah memperlihatkan karikatur Nabi Muhammad di kelas tentang kebebasan berekspresi. Segala jenis penggambaran visual nabi dilarang dalam Islam.
Pembunuhan itu semakin memperburuk hubungan yang sudah tegang antara Macron dan dunia Muslim, dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyarankan presiden Prancis menjalani 'pemeriksaan mental' setelah Macron menggambarkan Islam sebagai agama 'dalam krisis global'.
Macron berkata: “Ketika saya memutuskan untuk menyerang Islam radikal… kata-kata saya terdistorsi. Oleh Ikhwanul Muslimin, cukup luas, tetapi juga oleh Turki, yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi banyak opini publik, termasuk di sub-Sahara Afrika.”
Baca Juga: Siswa Sekolah di Thailand Memprotes Pemerintah, Menuntut Reformasi
Mengulangi posisi yang telah menyebabkan kontroversi besar di Prancis dan sekitarnya selama beberapa bulan terakhir, dia menambahkan: 'Saya tidak menyerang Islam, saya menyerang terorisme Islam.'