Dalam peringatan tragedi kemanusiaan pada tahun ini, pihaknya sengaja tidak mengundang sejumlah keluarga korban dari berbagai negara untuk datang ke Mentok, hal itu karena pandemi Covid-19 maka acara ini hanya dilakukan sederhana dan terbatas.
Meski pada tahun-tahun sebelumnya, peringatan yang dilaksanakan setiap Februari selalu dihadiri keluarga korban yang berasal dari berbagai negara dan perwakilan dari Kedutaan Besar Australia di Indonesia.
Baca Juga: Dewi Tanjung Ungkit Kembali Kasus yang Pernah Dialami Ustaz Yahya Waloni Tahun 2018 Lalu
“Selain tabur bunga, dalam rangkaian peringatan tahun ini kami juga menggelar peringatan bersama para keluarga korban, para pensiunan tentara Australia, dan pihak kedutaan besar melalui virtual,” kata Ferhad.
Rangkaian kegiatan itu digelar dalam rangka memperingati peristiwa pengeboman sejumlah kapal laut Australia oleh tentara Jepang di pertengahan Februari 1942 di Selat Bangka yang mengakibatkan lebih dari 4.000 orang meninggal dunia.
Jika mengingat pada masa yang telah berlalu itu, tragedi di Selat Bangka berawal dari Perang Pasifik atau penyerangan pesawat tempur Jepang terhadap armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbour pada tanggal 7 Desember 1941.
Baca Juga: Ini Profil para Anggota Dewan Direktur Indonesia Investment Authority
Kemudian pada hari berikutnya pasukan darat Jepang menyerbu Koloni Inggris di Kota Bharu, Semenanjung Malaya.
Dengan dukungan Angkatan Laut dan Angkatan Udara yang kuat, Jepang pada tanggal 14 Februari 1942 menguasai kota Singapura. Hingga keesokan harinya Letnan Jenderal Arthur Percival, komandan pasukan Inggris di Singapura, menyerah.