Empty Sella Syndrome, Penyakit yang Diidap Ruben Onsu Apa Penyebabnya? Bagaimana Mengobatinya?

- 24 Juli 2022, 17:34 WIB
Mengenal Empty Sella Syndrome yang diderita oleh Ruben Onsu.
Mengenal Empty Sella Syndrome yang diderita oleh Ruben Onsu. /Tangkapan layar youtube.com / TRANS7 OFFICIAL.

Portalbangkabelitung.com- Baru-baru ini terlihat bahwa kondisi fisik dari presenter Ruben Onsu tidak begitu fit di layer televisi.

Ruben Onsu juga telah mengungkapkan bahwa sedang mengidap sebuah penyakit langka yang disebut ‘Empty Sella Syndrome’.

Sebelum Empty Sella Syndrome, ayah dari tiga anak ini hanya menyebutkan adanya dugaan lesi otak dikepalanya setelah melalui rangkaian pemeriksaan.

Baca Juga: Ruben Onsu Panik Tahu Betrand Peto Hilang, Onyo Ditemukan Dalam Keadaan Linglung

Dalam sebuah acara Ruben Onsu mengatakan dari hasil pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) terlihat adanya bitnik hitam yang diduga merupakan lesi otak.

Membuat Ruben membutuhkan lebih banyak darah, sehingga harus menerima donor. Bercak di bagian kepala ini seperti penghisap darah yang harus diperiksa secara rutin berkala setiap minggu.

Lantas penyakit apa Empty Sella Syndrome ini? Portal Bangka Belitung akan sedikit penjelasan dari Healtline.com.

Baca Juga: Kondisi Belum Pulih, Ruben Onsu Penuhi Permintaan Terakhir Dorce Gamalama, Apa Itu?

Empty Sella Syndrome merupakan kelainan langka yang berhubungan dengan bagian tengkorak atau disebut sella tursika.

Sella tursika merupakan lekukan yang terdapat pada tulang sphenoid di dasar tengkorak yang memegang kelenjar pituitary.

Pada penderita Empty Sella Syndrome, kelenjar pituitarinya terlihat seperti hilang. Padahal faktanya, sella tursika sebenarnya tidak kosong, dan kelenjar itu juga ada.

Baca Juga: Sempat Tidak Harmonis Hubungan antara Ruben Onsu dan Deddy Corbuzier, Ivan Gunawan Jadi Perantara

Hanya saja sella tursika penderita terisi sebagian atau seluruhnya dengan cairan serebrospinal (CSF). Penderita Empty Sella Syndrome juga memiliki kelenjar pituitari yang lebih kecil.

Di beberapa kasus, kelenjar tersebut bahkan tidak muncul pada saat pemeriksaan.
Apa penyebabnya?

Empty Sella Syndrome terbagi menjadi dua tipe, yaitu primery dan secondary. Pada Primery ESS kelenjar pituitari biasanya diratakan. Penyebab pasti Primery ESS tidak jelas.

Baca Juga: Kenali Post Power Syndrome, Kondisi Saat Seseorang Kehilangan Kekuasaannya

Kemungkinan berkaitan dengan cacat lahir di diafragma sellae, membran yang menutupi sella tursika.

Beberapa orang dilahirkan dengan robekan kecil di diafragma sellae, yang dapat menyebabkan CSF bocor ke sella tursika.

Dokter tidak yakin apakah ini penyebab langsung dari sindrom sella kosong atau hanya faktor risiko.

Baca Juga: Tepat Hari Ini Peringatan Hari Down Syndrome Sedunia, Kenali Apa Itu Down Syndrome

Menurut Organisasi Nasional untuk Gangguan Langka, sindrom sella kosong mempengaruhi sekitar empat kali lebih banyak wanita daripada pria.

Tipe ini lebih sering terjadi pada wanita yang mengalami obesitas dan memiliki tekanan darah tinggi, ini juga telah dikaitkan dengan penumpukan cairan di otak.

Namun, sebagian besar kasus ESS tidak terdiagnosis karena kurangnya gejala, sehingga sulit untuk mengatakan apakah jenis kelamin, obesitas, usia, atau tekanan darah adalah faktor sebenarnya.

Baca Juga: Kisah Inspiratif, Ellie Goldstein, Penderita Down Syndrome yang Sukses Jadi Model Ternama

Sedangka Secondary ESS, kelenjar pituitari kemungkinan mengekecil karena adanya perubahan genetik (mutasi), yang dapat disebabkan oleh cedera, terapi radiasi, atau pembedahan.

Bisa juga disebabkan trauma kepala, infeksi, tumor hipofisis, terapi radiasi atau pembedahan di area kelenjar pituitari.

Adanya kondisi yang berhubungan dengan otak atau kelenjar pituitari, seperti sindrom Sheehan, hipertensi intrakranial, neurosarcoidosis, atau hipofisitis.

Baca Juga: PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) Bikin Penderita Takut Akan Berkendara

Apa saja gejalanya?

ESS biasanya tidak memiliki gejala apapun. Namun, ketika memiliki ESS sekunder, kemungkinan akan memiliki gejala yang berkaitan dengan kondisi yang menyebabkannya.

Banyak orang dengan ESS mengalami sakit kepala kronis. Dokter tidak yakin apakah ini terkait dengan ESS atau tekanan darah tinggi, yang juga dialami oleh banyak penderita dengan ESS.

Dalam kasus yang jarang terjadi, ESS dikaitkan dengan peningkatan tekanan di tengkorak, yang dapat menyebabkan beberapa hal berikut.

Baca Juga: 13 Trik 'Mencegah Kehamilan' Sementara Bagi Wanita yang Ingin Menundah Hamil, Hubungan Intim jadi Nyaman!

Seperti cairan tulang belakang bocor dari hidung, pembengkakan saraf optik di dalam mata, bahkan masalah penglihatan.

Bagaimana cara mendiagnosisnya?

Empty Sella Syndrome sulit didiagnosis karena biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun. Jika dokter mencurigai pasien memilikinya, mereka akan memulai dengan pemeriksaan fisik.

Serta tinjauan riwayat Kesehatan, mereka juga mungkin akan meminta CT scan atau MRI scan.

Baca Juga: Tes Trauma Masa Lalu Anak dan Remaja, Ketahui Trauma Masa Kecil: Jaga Kesehatan Mental Mulai Sekarang

Pemindaian ini akan membantu dokter menentukan apakah pasien memiliki ESS sebagian atau total. ESS sebagian berarti sella pasien kurang dari setengah penuh CSF.

Dan kelenjar pituitari setebal 3 hingga 7 milimeter (mm). Sedangkan ESS total berarti lebih dari setengah sella diisi dengan CSF, dan kelenjar pituitari setebal 2 mm atau kurang.

Bagaimana pengobatannya?

Empty Ella Syndrome biasanya tidak memerlukan pengobatan kecuali jika menimbulkan gejala. Tergantung pada gejala.

Baca Juga: Ingin Memiliki Ginjal Sehat? Berikut Tips atau Kebiasaan yang Perlu Dilakukan Agar Ginjal Sehat

Misalnya operasi untuk mencegah CSF bocor keluar dari hidung, konsumsi obat-obatan, seperti ibuprofen (Advil, Motrin), untuk menghilangkan sakit kepala.

Selain itu, penderita yang memiliki disfungsi pada pituitary yang bersifat symptomatic dan supportive dapat melakukan pengobatan perawatan medis disfungsi endokrin.

Jika memiliki Secondary ESS karena kondisi yang mendasarinya, dokter akan fokus untuk mengobati kondisi itu atau mengelola gejalanya.

Baca Juga: Ingin Memiliki Ginjal Sehat? Berikut Tips atau Kebiasaan yang Perlu Dilakukan Agar Ginjal Sehat

Sedangkan untuk Primery ESS yang memiliki kadar prolaktin tinggi dapat diberikan bromocriptine, menurut NINDS.

Bagaimana prospeknya?

Dengan sendirinya, ESS biasanya tidak memiliki gejala atau efek negatif pada kesehatan secara keseluruhan.

Namun, dikhawatirkan adanya kekurangan hormon tertentu bagi pengidap Empty Sella Syndrome.

Sebab, kelenjar pituitari adalah kelenjar endokrin penting yang bertugas membuat banyak hormon berbeda.

Baca Juga: 7 Kebiasaan yang Bisa Menurunkan Kolesterol, Lemak Perut Buncit Cair, Nomor Tiga Paling Simpel

Kelenjar ini juga berfungsi memberitahu kelenjar sistem endokrin lain untuk melepaskan hormon, termasuk, kelenjar adrenal, ovarium atau testis, dan kelenjar tiroid.

Jika memiliki Secondary ESS, konsultasikan dengan dokter untuk mendiagnosis dan mengobati penyebab yang mendasarinya.

Itulah penjelasan mengenai Empty Sella Syndrome yang diidap oleh presenter Ruben Onsu.***

Editor: Muhammad Tahir

Sumber: hopkins medicine Healtline


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah