Menag Yaqut Punya Strategi Khusus Atasi Persoalan Diskriminasi Mayoritas Terhadap Minoritas

20 Maret 2021, 13:06 WIB
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. /Foto: Situs Kementerian Agama/

Portalbangkabelitung.com - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengaku prihatin masih terjadi perilaku dan pola pikir diskriminatif dari kaum mayoritas kepada kaum minoritas di Indonesia.

Menurutnya, hal ini hanya akan menimbulkan pembalasan di belahan Bumi yang lain.

"Nah untuk itu di Kementerian Agama sebenarnya kita sudah membuat beberapa strategi bagaimana ke depan kita bisa mengatasi persoalan seperti ini," kata Menag Yaqut dalam Dialog Nasional SKB 3 Menteri seperti dikutip oleh Pikiran-Rakyat.com dari Anadolu Agency.

Baca Juga: Kapolda Metro Jaya Akui Penerapan Program KTJ Mampu Putuskan Penyebaran Covid-19

Strategi pertama, dirinya menjelaskan dengan mengidentifikasi masalah dan cara-cara penangkalannya.

Menag Yaqut dengan tegas mengatakan elemen-elemen yang bermasalah dalam pandangan-pandangan keagamaan harus diidentifikasi secara akurat lantaran sudah tidak sesuai lagi dengan konteks yang terjadi saat ini.

Yaqut merasa ini harus dilakukan agar tidak terjadi generalisasi terhadap agama sehingga mengarah pada berbagai ketakutan.

Baca Juga: PPKM Mikro Diperluas hingga ke Lima Provinsi Ini

"Berbagai pemahanan yang menguatkan pandangan-pandangan yang bermasalah tersebut dalam hemat kami perlu ditangkal agar tidak terus menyebar menjadi semacam virus di kalangan umat beragama," ujarnya.

Strategi kedua menurut Menag Yaqut adalah harus ada resolusi konflik.

Dirinya mencontohkan, kasus pemaksaan pemakaian jilbab di sekolah sering kali dijadikan sumber pembenaran untuk melestarikan pandangan keagamaan yang problematis.

Baca Juga: Wacana Presiden 3 Periode, Amien Rais: Kadung Terbongkar Kemudian Ngamuk

Lebih lanjut, Menag Yaqut juga mencontohkan bahwa sering kali pembangunan masjid atau mushala lebih mudah didirikan dibandingkan dengan rumah ibadah agama lain.

"Karena menurut hemat saya tidak ada peraturan tegas yang mengatur bagaimana tempat ibadah itu boleh didirikan," ucap Yaqut.

Ketiga, dirinya mengatakan akan mengembangkan promosi perdamaian antarumat beragama.

Baca Juga: Mendag Muhammad Lutfi Jamin Tak Ada Impor Beras Saat Petani Panen Raya

Sebab, menurutnya semua agama mengajarkan kebaikan, kasih sayang serta toleransi yang seharusnya tidak menimbulkan perpecahan.

Keempat ialah penyesuaian sistem pendidikan agama.

Menurut Yaqut, penyesuaian sistem pendidikan agama ini penting karena agar dampak langsung pada pola pikir umat beragama bisa berubah.

Baca Juga: Prof. Zubairi Sampaikan Studi Terbaru Varian B117: 64% Lebih Mungkin Meninggal Ketimbang Varian Sebelumnya

Yaqut mengatakan, elemen utama dari penyesuaian itu dengan mengenalkan cara pandang baru terhadap sejarah dan membangkitkan kesadaran tentang perubahan realitas peradaban.

Dirinya juga menyoroti bahwa beberapa buku ajar pendidikan agama Islam lebih banyak memunculkan perang Nabi Muhammad SAW.

Padahal menurutnya, perang hanya menjadi bagian Nabi Muhammad selama 80 hari dari total 23 tahun masa kenabian.

Baca Juga: Soal Sidang Habib Rizieq, Amien Rais: Sebagai Orang Awam, Saya Tahu Ada Ketidakadilan yang Luar Biasa

Itu pun menurutnya, perang dilakukan karena keadaan yang sangat darurat sehingga tidak ada solusi lain selain berperang.

Sedangkan menurut Menag Yaqut, sisa 22 tahun lain mengenai masa kasih sayang dan menghargai satu sama lain tidak banyak dimunculkan dalam buku ajar pendidikan agama Islam.

Oleh sebab itu, dirinya menegaskan akan segera memperbaiki masalah tersebut.

Baca Juga: Pasca Dipaksa Mundur dari Turnamen All England 2021, Tim Bulutangkis Indonesia Minta Dipulangkan Secepatnya

"Tujuannya apa agar peserta didik dan masyarakat mampu menangkap nilai-nilai sejati dari agama yang harus senantiasa mendapatkan ruang manifestasi dalam konteks realitas yang terus berubah," tutur Yaqut.

Adapun strategi terakhir, adalah menjalankan gerakan nasional untuk memelihara harmoni nasional, menjaga kerukunan umat beragama dan menangkal seluruh potensi perpecahan.

Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyatakan esensi dari SKB 3 Menteri tentang seragam sekolah yakni mengenai kebebasan bagi warga untuk memilih bagaimana mereka ingin mengekspresikan praktik-praktik keagamaan termasuk seragam.

Baca Juga: Muhammad Qodari Sebut Dukungan Terhadap Jokowi-Prabowo Ikut Pilpres 2024 Semakin Banyak

"Tidak boleh ada pemaksaan dalam unit pendidikan di negeri kita," kata Nadiem dalam Dialog Nasional SKB 3 Menteri tentang Seragam Sekolah secara virtual.

Dirinya juga mengatakan bahwa pemerintah harus melindungi hak setiap anak dan setiap orang tua yang menentukan bagaimana mereka mempraktekkan agama mereka.

Menurut Nadiem, penyebab intoleransi terjadi di dalam pendidikan karena selama bertahun-tahun belum ada peraturan yang jelas dari pemerintah.

Baca Juga: Menteri Perdagangan Beberkan Alasan Impor Beras: Ini yang Paling Rendah dalam Sejarah Bulog

"Mungkin ada berbagai macam interpretasi yang memberikan ruang terhadap berbagai macam praktik yang mungkin melawan azas dari toleransi yang ingin kita kembangkan," tutur Nadiem.

Artikel ini telah terbit di media Pikiran-Rakyat.com dengan Judul "Hadapi Isu Intoleransi Antarumat Beragama, Menag Susun 5 Strategi Khusus" yang tayang pada Sabtu, 20 Maret 2021.*** (Pikiran-Rakyat/Billy Mulya Putra)

Editor: Muhammad Tahir

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler