BMKG Tambah Zona Rawan Karhutla di Papua, Masyarakat Diimbau Agar Selalu Siaga

26 Maret 2021, 12:15 WIB
BMKG ingatkan potensi kebakaran hutan dan lahan atau karhutla pada musim kemarau tahun ini. /Pixabay/

Portal Bangka Belitung- Merujuk pada perkiraan akan terjadi musim kemarau di pertengahan bulan Mei 2021 menyebabkan adanya potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Untuk meminimalisir terjadinya karhutla pada 2021 ini, pemerintah melakukan beberapa upaya.

Pemprov Sulsel telah menetapkan status siaga darurat karhutla pada Maret 2021, atau lebih awal dibandingkan tahun lalu untuk memaksimalkan mitigasi.

Baca Juga: Tim Kuasa Hukum Rizieq Shihab Dibatasi Untuk Masuk Ruang Sidang, Ini Penyebabnya

Tak hanya itu Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat agar selalu mewaspadai kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di puncak musim kemarau 2021.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal di Jakarta, Kamis, 25 Maret 2021 menyampaikan perkiraan awal musim kemarau bermulai pada April 2021 dan akan mencapai puncaknya pada Agustus 2021.

"Puncaknya musim kemarau, perluasan wilayah yang terancam karhutla akan meningkat,” ujar Herizal.

Baca Juga: KY Tegaskan Majelis Hakim Sudah Sesuai Kode Etik Menangani Habib Rizieq Shihab

Selain itu, Herizal memaparkan pihaknya mendeteksi adanya potensi karhutla kategori menengah pada bulan Mei 2021 di Riau bagian utara. Hingga bulan Juni 2021, potensi tersebut berkembang hingga Jambi dan Sumatera Selatan bagian utara.

Tak hanya itu, namun pergerakan di bulan Juli 2020 meningkatkan ancaman karhutla di Sumatera, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Barat.

Dikutip dari PikiranRakyat.com, “Pada puncak musim kemarau, ada tambahan zona rawan karhutla di Papua bagian selatan yang harus diwaspadai,” ujar Herizal, 

Baca Juga: Arif Poyuono Dukung Impor Beras: yang Nolak Kepingin Jokowi Jatuh

Kendati demikian, menurut Herizal bahwa perkiraan musim kemarau pada tahun ini tidak sekering musim kemarau tahun 2015, namun ia menekankan ancaman karhutla tentu selalu ada.

Oleh karena itu, BMKG mengimbau pemerintah daerah untuk mewaspadai daerah rentan karhutla di Pulau Sumatera dan Kalimantan.

Selain itu, penting untuk memantau tinggi muka air lahan gambut. Jika tinggi muka air gambut berkurang jauh, Herizal menyarankan adanya upaya intervensi dengan teknologi, baik lewat pompa air agar air disalurkan maupun dengan hujan buatan.

Baca Juga: Sidang Lanjutan Rizieq Shihab Segera Dimulai, Habib Rizieq Mendapatkan Pengawalan yang Ketat

“Karena dengan lahan gambut yang basah, maka potensi karhutla di daerah tersebut akan berkurang. Kalau dibiarkan kering akan jadi bahan bakar kebakaran lahan,” ujar Herizal.

Di lain sisi, BPBD Sumsel pada akhir tahun 2020 mencatat telah terjadi penurunan hotspot dibanding tahun sebelumnya yakni hanya terdapat 4.536 titik api.

Sementara pada tahun 2019 sebanyak 17.361 titik api, sedangkan total luas kebakaran pada tahun 2020 yakni 946,33 hektare.

Baca Juga: Sidang Lanjutan Habib Rizieq Shihab Digelar Hari ini, Polri Imbau Simpatisan Tak Datangi PN Jaktim

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Provinsi Sumatera Selatan juga telah memperkuat upaya pencegahan karhutla menjelang musim kemarau yang diperkirakan terjadi pada pertengahan Mei 2021 itu.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiran Rakyat dengan judul "Status Siaga Karhutla di Puncak Musim Kemarau, BMKG Tambah Zona Rawan di Papua" Pada 26 Maret 2021*** (Pikiran Rakyat/Nurul Khadijah)

 

 

Editor: Suhargo

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler