Dibalik Politik Supersemar yang Terjadi pada 11 Maret 1966.

- 26 Maret 2021, 00:24 WIB
Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar
Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar /commons.wikimedia.org/Hendradiningrat/

Dalam situasi yang tidak bersahabat ini, Sukarno dengan enggan menandatangani dekrit Supersemar atas desakan tentara. Penandatanganan berlangsung di Istana Kepresidenan Bogor, 60 kilometer di selatan Jakarta.

Baca Juga: Andi Arief Mengaku Sedih, Sebut Kubu Moeldoko Tersambar Petir di Hambalang

Pergeseran Kekuasaan: Konsekuensi dari Supersemar

Setelah memiliki kekuasaan yang luas, Soeharto dengan cepat melarang Partai Komunis Indonesia (PKI) keesokan harinya dan sekitar satu minggu kemudian lima belas menteri loyalis Soekarno ditangkap oleh tentara.

 

Soeharto kemudian mengubah komposisi MPRS dan hampir setahun kemudian MPRS ini memilih untuk menghapus semua kekuatan politik Sukarno dan menunjuk Soeharto sebagai penjabat presiden baru negara itu.

 

Dalam dua tahun setelah penandatanganan Supersemar, Soeharto telah memperoleh semua kekuasaan dan menjadi presiden kedua Indonesia posisi yang akan dipegangnya hingga Mei tahun 1998.*** (Kurnia Sudarwati/Ringtimes Banyuwangi PRMN)

Halaman:

Editor: Suhargo

Sumber: Ringtimes Banyuwangi (PRMN)


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah