Dalam situasi yang tidak bersahabat ini, Sukarno dengan enggan menandatangani dekrit Supersemar atas desakan tentara. Penandatanganan berlangsung di Istana Kepresidenan Bogor, 60 kilometer di selatan Jakarta.
Baca Juga: Andi Arief Mengaku Sedih, Sebut Kubu Moeldoko Tersambar Petir di Hambalang
Pergeseran Kekuasaan: Konsekuensi dari Supersemar
Setelah memiliki kekuasaan yang luas, Soeharto dengan cepat melarang Partai Komunis Indonesia (PKI) keesokan harinya dan sekitar satu minggu kemudian lima belas menteri loyalis Soekarno ditangkap oleh tentara.
Soeharto kemudian mengubah komposisi MPRS dan hampir setahun kemudian MPRS ini memilih untuk menghapus semua kekuatan politik Sukarno dan menunjuk Soeharto sebagai penjabat presiden baru negara itu.
Dalam dua tahun setelah penandatanganan Supersemar, Soeharto telah memperoleh semua kekuasaan dan menjadi presiden kedua Indonesia posisi yang akan dipegangnya hingga Mei tahun 1998.*** (Kurnia Sudarwati/Ringtimes Banyuwangi PRMN)