Dilansir dari laman PikiranRakyat-Bekasi.com dari Encyclopaedia Britannica, RA Kartini selalu menuangkan pemikiran-pemikirannya melalui tulisan.
Tulisan-tulisannya dimuat oleh salah satu publikasi majalah perempuan di Belanda, yakni De Hoandsche Lelie.
Dalam surat-suratnya, RA Kartini mengungkapkan keprihatinannya atas penderitaan pribumi di bawah kolonial Belanda, serta peran terbatas perempuan-perempuan pribumi.
Selain itu, surat-surat yang ditulis RA Kartini juga menjadi simbol penting bagi gerakan kesetaran hak perempuan.
RA Kartini pun memutuskan untuk mengabdikan hidupnya sebagai teladan untuk emansipasi perempuan di tanah air.
Dia berjuang melawan ketimpangan sosial antara laki-laki dan perempuan pada masa itu.
Pengabdiannya semakin terealisasi setelah dia menikah dengan seorang pejabat Jawa.
Pasalnya tak lama setelah menikah, RA Kartini berhasil mendirikan sekolah yang diperuntukan khusus untuk perempuan-perempuan Jawa pada masa itu.