Seorang Biarawati Menangis dan Berlutut Memohon di Hadapan Tentara Myanmar Untuk Berhenti Tembaki Warga

- 8 Maret 2021, 08:38 WIB
Potret biarawati yang menangis dan berlutut di hadapan militer dan polisi Myanmar.
Potret biarawati yang menangis dan berlutut di hadapan militer dan polisi Myanmar. /Twitter/@htinkthu

"Tembak saja saya jika Anda mau," kata biarawati itu.

Baca Juga: Orang Utan dan Simpanse Primata Non-manusia Pertama yang Menerima vaksin Covid-19 Eksperimental

"Para pengunjuk rasa tidak memiliki senjata dan mereka hanya menunjukkan keinginan mereka dengan damai,” tambahnya.

Singkatnya, biarawati dari kongregasi suster St. Francis Xavier di Myitkyina, ibu kota negara bagian Kachin, berbicara bahwa petugas keamanan menyuruhnya pergi karena dia dalam bahaya besar, tetapi dia bersikeras dia tidak akan pergi dan siap untuk mati.

“Saya telah mempersiapkan diri saya sendiri bahwa saya akan memberikan hidup saya untuk Gereja, untuk orang-orang dan untuk bangsa,” dia bertutur.

Baca Juga: Penularan Covid-19 Menurun, Inggris Akan Lakukan Pembukaan Sekolah

Kemudian, suster Nu Tawng menjelaskan tentang bagaimana dia dua kali memohon kepada pasukan keamanan dan bagaimana dia membantu pengunjuk rasa melarikan diri dari pemukulan dan penangkapan.

Pada 28 Februari, terjadi pemogokan nasional terhadap kekuasaan militer karena ribuan orang melakukan protes yang membawa tindakan keras yang intensif oleh polisi dan tentara, yang menyebabkan sedikitnya 18 kematian dan sejumlah luka-luka.

Adapun biarawati berusia 45 tahun itu ingat bahwa puluhan pengunjuk rasa lari dan bersembunyi di klinik yang dikelola gereja tempat dia bekerja ketika petugas keamanan memukuli, mengejar, dan menangkap mereka.

“Ketika saya melihat skenario itu, saya merasa ini seperti zona pertempuran,” katanya.

Halaman:

Editor: Suhargo

Sumber: Pikiran Rakyat Pangandaran


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah