Portalbangkabelitung.com - Keadaan di Myanmar saat ini tidak kunjung reda, aksi unjuk rasa terus dilakukan oleh masyarakat.
Aksi kudeta yang telah berlangsung selama enam minggu itu telah merenggut nyawa lebih dari 200 pengunjuk rasa yang menyuarakan aksi damai.
Militer Myanmar semakin brutal dalam menghadapi para demonstran, selain itu mereka juga telah menangkap hampir 2.200 orang.
Di samping itu di wilayah perbatasan negara, muncul sekelompok etnis bersenjata yang telah berjuang untuk menentukan nasib mereka sendiri selama beberapa dekade, dan situasinya pun menjadi semakin tidak stabil.
Pada 10 Februari lalu, badan pemerintahan rezim militer Dewan Administrasi Negara, membubarkan kantor pemerintahan sipil yang digulingkan Aung San Suu Kyi.
Tempat itu didirikan untuk merundingkan perdamaian dengan organisasi-organisasi etnis bersenjata, dan mengumumkan pembentukan tim negosiasinya sendiri.
Akan tetapi banyak kelompok etnis bersenjata, termasuk ada 10 orang yang menandatangani Perjanjian Gencatan Senjata Nasional dan telah menolak untuk terlibat dengan SAC.
Diketahui beberapa bahkan telah mengumumkan dukungan mereka terhadap gerakan protes anti kudeta, dan hak rakyat.
Baca Juga: Anggota geng Yordania Dijatuhi Hukuman Mati Karena Memotong Kedua Tangan Seorang Remaja