Menurut Organisasi Nasional untuk Gangguan Langka, sindrom sella kosong mempengaruhi sekitar empat kali lebih banyak wanita daripada pria.
Tipe ini lebih sering terjadi pada wanita yang mengalami obesitas dan memiliki tekanan darah tinggi, ini juga telah dikaitkan dengan penumpukan cairan di otak.
Namun, sebagian besar kasus ESS tidak terdiagnosis karena kurangnya gejala, sehingga sulit untuk mengatakan apakah jenis kelamin, obesitas, usia, atau tekanan darah adalah faktor sebenarnya.
Baca Juga: Kisah Inspiratif, Ellie Goldstein, Penderita Down Syndrome yang Sukses Jadi Model Ternama
Sedangka Secondary ESS, kelenjar pituitari kemungkinan mengekecil karena adanya perubahan genetik (mutasi), yang dapat disebabkan oleh cedera, terapi radiasi, atau pembedahan.
Bisa juga disebabkan trauma kepala, infeksi, tumor hipofisis, terapi radiasi atau pembedahan di area kelenjar pituitari.
Adanya kondisi yang berhubungan dengan otak atau kelenjar pituitari, seperti sindrom Sheehan, hipertensi intrakranial, neurosarcoidosis, atau hipofisitis.
Baca Juga: PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) Bikin Penderita Takut Akan Berkendara
Apa saja gejalanya?
ESS biasanya tidak memiliki gejala apapun. Namun, ketika memiliki ESS sekunder, kemungkinan akan memiliki gejala yang berkaitan dengan kondisi yang menyebabkannya.