“Cosmas menderita luka di tubuhnya dan telinga berdenging,” kata Pendeta Tulak, salah satu pendeta di Katedral yang baru saja melakukan misa pagi dan sedang beristirahat di kamarnya pada saat penyerangan.
Ia menambahkan, “Cosmas memang bukan satpam utama di gereja kami, tapi dia selalu membantu saat ada perayaan besar. Ayahnya adalah seorang penjaga keamanan di gereja sebelumnya".
Tulak menginformasi Cosmas yang berusia 51 tahun telah melihat dua orang dengan sepeda motor berkeliaran di depan gerbang selatan gereja.
Baca Juga: 5.590 Personel Siap Amankan 833 Gereja di Ibu Kota dan Sekitarnya, 4 Jadi Prioritas
Ketika sepeda motor mendekat, Cosmas memberi tahu pengemudi bahwa dia tidak diizinkan memasuki halaman gereja. Sayangnya, saat itulah bom meledak.
Armin Hari berada sekitar 300 meter (984 kaki) dari ledakan, menunggu hasil tes swab cepat Covid-19 di klinik setempat, ketika dia mendengar bunyi keras yang awalnya dia duga sebagai transformator yang meledak.
"Kemudian saya mendengar orang-orang di sekitar saya panik dan mengatakan sesuatu tentang bom," ujarnya.
Armin mengatakan bahwa dia melihat gigi berserakan di tanah dan apa yang tampak seperti organ yang dimutilasi.
“Saya pikir itu adalah hati dan beberapa paru-paru, atau semacamnya,” ujarnya.
Baca Juga: Tidak Ada Petugas yang Terluka dalam Serangan Teror di Mabes Polri