Salah Satu Penyakit yang Memicu Kematian, Perhatikan Gejala dan Cara Penanganan Penyakit Gagal Ginjal

- 11 Maret 2021, 12:40 WIB
Ilustrasi Ginjal.
Ilustrasi Ginjal. /PIXABAY/OpenClipart-Vectors

Portal Bangka Belitung- Saat ini jumlah kasus kematian yang dipicu oleh penyakit gagal ginjal cukup banyak.

Penyakit gagal ginjal saat ini banyak disebabkan oleh akibat komplikasi yang bermulai dari hipertensi dan diabetes yang tidak terkontrol.

Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), dr. Aida Lydia mengatakan selain dua penyakit tersebut, gagal ginjal juga disebabkan radang ginjal, penyakit bawaan serta penyakit infeksi, dilansir dari ANTARA.

Baca Juga: Pejuang Diet Wajib Tahu, 4 Kombinasi Makanan Ini Menjadi Penunjang Proses Dietmu

Terdapat beberapa gejala yang menjadi ciri saat ginjal kita tidak sehat, seperti keluarnya sel darah merah dari urine, pemeriksaan darah ada peningkatan kreatinin, biopsi ginjal atau pencitraan.

"(Pemeriksaan) fungsi ginjal bisa melalui pemeriksaan LFG atau laju filtrasi glomelurus yang apabila di bawah 60 menandakan sudah ada gangguan ginjal. Apabila hasilnya di bawah angka 15 artinya sudah masuk dalam tahap gagal ginjal atau gangguan sudah sangat lanjut," sambung Dr. Aida Lydia.

Orang yang menderita penyakit gagal ginjal membutuhkan terapi pengganti ginjal. 

Baca Juga: Ternyata Sering Menggigit Kuku Dapat Merusak Gigi, Berikut 5 Kebiasaan yang Dapat Membahayakan Kesehatan Gigi

Untuk saat ini tersedia tiga pilihan terapi yaitu hemodialisis (HD), continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) serta transplantasi ginjal.

Berdasarkan prosesnya, HD dibantu mesin sebanyak 2-3 kali seminggu di rumah sakit, sementara CAPD dapat dilakukan sendiri di rumah atau tempat kerja.

Tak hanya itu, CAPD juga bisa menjadi terapi pilhan bagi pasien dengan gangguan jantung.

Baca Juga: Buat yang Masih Sering Alami Insomnia, Simak Penyebab dan Cara Mengatasinya

Pada terapi HD fungsi ginjal sisa cepat hilang sementara CAPD mempertahankan fungsi ginjal. 

Sedangkan jika berdasarkan modalitas, CAPD pada 2-3 tahun pertama lebih rendah, sementara HD 2-3 tahun pertama lebih tinggi.

"Ketiga modalitas ini terapi terintegrasi. Pasien yang CAPD suatu saat perlu HD dan sebaliknya atau mendapatkan kesempatan transplantasi. Masing-masing terapi memiliki kelebihan dan kekurangan," kata Aida.

Baca Juga: Simak Alasan Mengapa Perut Kita Sering Bunyi Saat Sedang Lapar

Di Indonesia, pasien yang menjalani hemodialisis mayoritas berusia 45-64 tahun. Terapi ini masih menjadi terapi terbanyak yang dilakukan pasien dengan total 99 persen. 

Untuk terapi CAPD yang baru 1 persen dari layanan terapi pengganti ginjal. Sementara itu, masih sangat sedikit pasien yang menjalani transplantasi ginjal.

Dokter spesialis ginjal sekaligus gizi dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), Haerani Rasyid mengatakan, pasien gagal ginjal akan mengalami mual, menurunnya nafsu makan seiring penurunan fungsi ginjalnya.

Baca Juga: Anak Muda Wajib Tahu, Berikut 3 Penyakit yang Ditimbulkan Dari Kebiasaan Mager

Akibatnya, dia rentan mengalami malnutrisi dan ini akan lebih menurunkan kualitas hidupnya.

"Kami mencoba memberikan intervensi nutrisi sesuai dengan beratnya penurunan fungsi ginjal serta modalitas terapi pada kondisi pasien, apa dia menjalani proses hemodialisis atau tidak," tuturnya.

Intervensi nutrisi yang dilakukan berupa pemberian asupan gizi sehat bagi pasien dengan komponen makronutirisi seperti karbohdirat, protein dan lemak, serta mikro seperti vitamin dan mineral.

Baca Juga: Mengingat Bahayanya Konsumsi Mi Instan, Berikut Kami Sajikan Tips Agar Tetap Aman Konsumsi Mi Instan

Pemberdayaan pasien dan keluarga juga penting untuk membantu pasien menjaga kesehatannya termasuk diet yang baik, minum obat teratur dan melakukan aktivitas fisik sesuai kondisi pasien.***

Editor: Suhargo

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah