Kasus Terorisme di Gereja Indonesia Semakin Bertambah, Media Asing Semakin Menyoroti

1 April 2021, 19:22 WIB
Media Asing Soroti Terorisme yang Sasar Gereja Indonesia, Kian Meresahkan Jelang Paskah dan Ramadan /Instagram/Pixabay/diema /

PortalBangkaBelitung.com - Kasus terorisme di Indonesia semakin bertambah, media asing semakin menyoroti dalam kasus ini

Hal ini menyusul terjadinya aksi terorisme di gereja Katedral Hati Kudus Yesus di Makassar, Sulawesi pada Minggu Palem, yang menandai dimulainya Pekan Suci Kristen.

Menjelang paskah warga semakin resah, komunitas Kristen di seluruh Indonesia bersiap untuk serangan lebih lanjut menjelang Minggu Paskah menyusul pemboman bunuh diri tersebut.

Baca Juga: Walau Diabetes, Resep Tumis Brokoli Udang Cocok Temani Sahur dan Berbuka Pada Puasa Ramadhan 2021

Sebagaimana artikel ini telah tayang di media Pikiran Rakyat Pangandaran.com dengan judul "Media Asing Soroti Terorisme yang Sasar Gereja Indonesia, Kian Meresahkan Jelang Paskah dan Ramadhan" yang tayang pada 1 April 2021

Kepala Gereja Kristen Protestan Batak Indonesia (HKBP), Uskup Robinson Butarbutar buka suara trntang hal ini  setelah serangan itu.

“Kami mengundang semua umat Katolik dan Protestan di Indonesia dan di seluruh dunia untuk berdoa bagi masyarakat Indonesia yang menghadapi tantangan termasuk terorisme dan pandemi Covid-19 menjelang Paskah," ujarnya.

Baca Juga: Pelaku Penyerangan Lolos dari Penjagaan, Polri Klaim Telah Jalankan Tugas Sesuai Prosedur

Ia melanjutkan, “Mari kita renungkan penyaliban dan kebangkitan Yesus Kristus sambil melanjutkan pekerjaan kita untuk membawa cinta dan perdamaian bagi seluruh rakyat Indonesia. Kami meminta jemaat untuk meningkatkan kewaspadaan mereka menjelang musim Paskah dan bekerja sama dengan pihak berwenang setempat dan polisi Indonesia. ”

Umat ​​Kristen dianggap sebagai kelompok minoritas di Indonesia yang sekitar 87 persen populasinya beragama Islam. Ada sekitar 23 juta orang Kristen di Indonesia dari total populasi 270 juta.

Indonesia memiliki sejarah serangan terhadap rumah ibadah, termasuk serentetan pemboman gereja pada Malam Natal 2000, yang menargetkan kota-kota termasuk ibu kota Jakarta, serta Medan di Sumatera dan Batam, di kepulauan Riau tepat di sebelah selatan Singapura, dan yang dilakukan oleh kelompok garis keras Jemaah Islamiyah (JI) yang juga bertanggung jawab atas bom Bali tahun 2002.

Baca Juga: Cocok Jadi Teman Takjil Pada Puasa Ramadhan 2021, Berikut Resep Milk Tea Boba Aren yang Pas Hilangkan Dahaga

Pada 2018, tiga gereja di Kota Surabaya diserang pelaku bom bunuh diri dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang menewaskan 28 orang. Para pelaku bom bunuh diri termasuk sepasang suami-istri serta ketiga anak mereka, yang termuda berusia sembilan tahun.

Meskipun Ramadhan dipandang oleh banyak orang sebagai bulan yang damai di mana umat Islam berpuasa dari matahari terbit hingga terbenam, Huda mengatakan bahwa kelompok ekstremis “suka 'membajak' sejarah Islam di mana Nabi melakukan penggerebekan atau perang selama Ramadhan”.

Pertempuran Badar pada 624 dilancarkan oleh Nabi selama bulan Ramadhan, seperti penaklukan Mekah pada 629 menurut sejarah Islam.

 Baca Juga: Tidak Ada Petugas yang Terluka dalam Serangan Teror di Mabes Polri

Pada hari Rabu, 31 Maret 2021, polisi menembak mati seorang penyerang berjilbab biru yang memasuki Mabes Polri di Jakarta sambil mengacungkan pistol.

Banyak gereja di seluruh nusantara sudah mempekerjakan petugas keamanan, dengan polisi setempat memberikan dukungan tambahan di sekitar hari libur utama dalam kalender Kristen seperti Paskah dan Natal.

Salah satu satpam swasta yang dipekerjakan di Katedral Hati Kudus Yesus di Makassar, kini dielu-elukan sebagai pahlawan setelah menghentikan dua pelaku bom bunuh diri, yang mengendarai sepeda motor, memasuki halaman katedral.

“Cosmas menderita luka di tubuhnya dan telinga berdenging,” kata Pendeta Tulak, salah satu pendeta di Katedral yang baru saja melakukan misa pagi dan sedang beristirahat di kamarnya pada saat penyerangan.

Ia menambahkan, “Cosmas memang bukan satpam utama di gereja kami, tapi dia selalu membantu saat ada perayaan besar. Ayahnya adalah seorang penjaga keamanan di gereja sebelumnya".

Tulak menginformasi Cosmas yang berusia 51 tahun telah melihat dua orang dengan sepeda motor berkeliaran di depan gerbang selatan gereja.

Baca Juga: 5.590 Personel Siap Amankan 833 Gereja di Ibu Kota dan Sekitarnya, 4 Jadi Prioritas

Ketika sepeda motor mendekat, Cosmas memberi tahu pengemudi bahwa dia tidak diizinkan memasuki halaman gereja. Sayangnya, saat itulah bom meledak.

Armin Hari berada sekitar 300 meter (984 kaki) dari ledakan, menunggu hasil tes swab cepat Covid-19 di klinik setempat, ketika dia mendengar bunyi keras yang awalnya dia duga sebagai transformator yang meledak.

"Kemudian saya mendengar orang-orang di sekitar saya panik dan mengatakan sesuatu tentang bom," ujarnya.

Armin mengatakan bahwa dia melihat gigi berserakan di tanah dan apa yang tampak seperti organ yang dimutilasi.

“Saya pikir itu adalah hati dan beberapa paru-paru, atau semacamnya,” ujarnya.

Baca Juga: Tidak Ada Petugas yang Terluka dalam Serangan Teror di Mabes Polri

Ledakan itu melukai 19 orang dan menewaskan dua tersangka pelaku bom bunuh diri, yang diduga pasangan suami istri yang telah menikah tujuh bulan lalu.

Kapolri Listyo Sigit Prabowo mengatakan bahwa penyerang merupakan bagian dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang dinyatakan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat.

Seorang mantan anggota JAD, yang berbicara tanpa menyebut nama, yang merupakan bagian dari kelompok di Jawa Barat bahwa JAD adalah cabang dari kelompok ISIS.

“Sederhananya, ideologi JAD berarti Anda mendukung Abu Bakr al-Baghdadi dan berjanji untuk menjalankan segala arah dari para pemimpin ISIS. Anda diajari untuk memusuhi orang kafir dan semua penguasa yang tidak ingin menerapkan hukum Islam. Menurut ISIS, ini adalah agama yang sempurna," ungkapnya. 

Baca Juga: Puasa Ramadhan 2021, Ini Rekomendasi 10 Jenis Kurma yang Paling Banyak Diminati, Kamu Suka yang Mana?

Mantan anggoga teroris itu mengatakan bahwa penyerangan terhadap gereja di Makassar mengikuti pola yang mirip dengan serangan gereja di Surabaya pada tahun 2018.

"Ketika saya menjadi anggota JAD, saya juga disuruh untuk melakukan pengintaian di sebuah candi di Surabaya dan merencanakan penyerangan di sana," ujarnya.

Akan tetapi, ada terlalu banyak kendala dalam rencana tersebut sehingga gagal. Tempat ibadah telah menjadi target favorit JAD karena penjagaannya yang lemah dan kemungkinan korban jiwa lebih besar daripada target polisi atau militer.

Di kota Medan, Sumatera Utara, yang banyak berpenduduk Kristen, pendeta setempat dan ketua HKBP cabang Simalingkar, Sabar Simaremare, mengatakan bahwa mereka tak merasa takut karena di lingkungannya miliki hubungan harmonis antar warga.

Baca Juga: Jangan Anggap Remeh, Ini Dampak Buruk Bagi Tubuh Anda Jika Kekurangan Yodium

“Saat ini kami tidak merasa takut karena kami memiliki komunitas yang peduli dan harmonis di sekitar kita. Tapi kami sebelumnya memiliki keamanan yang disediakan oleh polisi dan kami akan memintanya lagi pada Paskah ini," ujarnya.

Lau ia melanjutkan, “Kami ingin semua saudara dan saudari kami tetap aman saat ini. Kami berharap kami masih bisa berdoa bersama, kami juga manusia".***(Mira Rahmawati/Pikiran Rakyat Pangandaran.com)

Editor: Muhammad Tahir

Sumber: Pikiran Rakyat Pangandaran

Tags

Terkini

Terpopuler